Kisah Mantan Tenaga Honorer Dinas Pengairan Banyuwangi yang Menjadi Pandai Besi dalam Era Modernisasi

by -22 Views
Writer: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono

Banyuwangi, seblang.com – P Tomo orang biasa memanggil seorang pria yang memiliki nama lengkap Soetomo (67 Tahun) adalah mantan tenaga honorer Dinas Pengairan Banyuwangi yang sampai saat ini masih setia menekuni pekerjaan sebagai pandai besi dalam usianya yang beranjak senja.

Warga Lingkungan Krajan Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Banyuwangi Jawa Timur tersebut mengisi hari-harinya dengan membuat aneka macam produk peralatan dapur dan pertanian antara lain; pisau, parang/ sabit, bodhing hingga pisau besar untuk alat menyembelih sapi atau kambing.

Selain itu P Tomo juga menerima jasa untuk memperbaiki atau servis pisau, sabit atau pacul yang tumpul (nyepuh- bahasa Jawa) agar bisa dipakai kembali dan tajam dengan biaya yang terjangkau.

Adapun harga jual pisau dan berbagai macam produk dari ketrampilam sebagai pandai besi yang dihasilkan ayah dua anak tersebut mulai harga Rp. 30 ribu sampai dengan harga Rp. 250 ribu bahkan ada yang lebih kepada konsumen.

Sedangkan untuk memperbaiki pisau atau sabit (nyepuh) P Tomo memasang tarif minimal sekitar Rp. 30 ribu

Di tempat kerjanya yang berukuran sekitar 2 X 2 meter yang sangat sederhana dan berada di pinggir jalan raya arah Wana wisata Gunung Ijen, setiap hari dengan setia menekuni pekerjaan yang dilakukan sejak sekitar 1980 an.

Menurut dia ketrampilan pandai besi bukan dengan belajar khusus tetapi didapatkan secara turun temurun mulai dari kakeknya.”Tetapi saat ini anak dan menantu saya tidak ada yang tertarik untuk menjadi pandai besi,” ujarnya.

Pada awal menjadi pandai besi, tidak jarang P Tomo harus mengeluarkan uang yang cukup besar pada masa itu untuk mengganti parang rusak yang seharusnya dia perbaiki.

Namun Tomo muda waktu itu menganggap sebagai konsekuensi yang harus ditanggung dan secara tidak langsung dia belajar dengan melihat langsung dari para pandai besi yang lebih ahli dalam membuat atau memperbaiki pisau atau parang yang diperbaiki.

Lebih lanjut dia mengungkapkan rasa syukurnya dengan memiliki ketrampilan sebagai pandai besi dia masih hidup sehat sampai saat ini. Sementara tidak sedikit teman seangkatannya yang sudah meninggal dunia.

Dengan penghasilan sebagai pandai besi P Tomo mampu menghidupi diri bersama dengan istri tercinta yang setiap hari membuka usaha warung kopi disamping tempat kerjanya.

iklan warung gazebo