Banyuwangi, seblang.com – Bank Indonesia (BI) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong percepatan masuknya investasi ke Banyuwangi sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Jatim. Langkah ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi ekonomi daerah yang berada di ujung timur Pulau Jawa tersebut.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan BI Jawa Timur, Petrus Endria, bersama Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jatim, Dyah Wahyu, bertemu Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani pada Rabu (30/4/2025) guna membahas sejumlah peluang investasi strategis.
“Kami melihat Banyuwangi sangat berpotensi menjadi tujuan investasi utama di Jatim. Banyuwangi mencatat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nonmigas sebesar Rp108,2 triliun pada 2024, tertinggi ke-8 di Jawa Timur,” kata Petrus.
Ia menambahkan, faktor pendukung lainnya adalah jumlah penduduk yang besar, wilayah yang luas, serta sumber daya alam yang melimpah, mulai dari sektor pertanian, pariwisata, kelautan, hingga industri.
Petrus menjelaskan, kunjungan ini juga terkait upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029, sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto. “Kami ingin menggali lebih dalam potensi ekonomi Banyuwangi,” ujarnya.
Petrus menambahkan, infrastruktur pendukung di Banyuwangi juga sangat memadai, mulai dari pelabuhan, bandara, hingga pabrik kereta api terbesar di Asia Tenggara. Rencana penyambungan jalan tol Trans Jawa ke Banyuwangi juga dinilai akan semakin menarik minat investor.
“Fasilitas ini merupakan nilai tambah yang signifikan untuk mendorong investor masuk dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Banyuwangi,” ujarnya.
Bupati Ipuk menyampaikan bahwa sejumlah proyek strategis di Banyuwangi memerlukan dukungan lebih dari pemerintah pusat maupun provinsi. Di antaranya adalah pembangunan kereta gantung di Taman Wisata Alam Ijen, pengembangan Pelabuhan Tanjung Wangi, jalur transportasi untuk gerbong produksi PT INKA, serta kawasan industri di Wongsorejo.
“Proyek-proyek tersebut sebagian besar berada di luar kewenangan pemkab. Banyuwangi terbuka bagi berbagai bentuk investasi,” ujar Ipuk.
Ia juga menyoroti potensi besar di sektor pertanian dan pangan. “Kami mendorong investasi di sektor ini, apalagi petani Banyuwangi sudah banyak yang mengembangkan produk organik,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala DPMPTSP Jatim Dyah Wahyu menyebutkan bahwa realisasi investasi Banyuwangi pada 2024 mencapai Rp3,4 triliun, menempatkan kabupaten ini di peringkat ke-11 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. “Dengan capaian tersebut, Banyuwangi kami pandang sebagai wilayah pengungkit investasi yang patut dikembangkan,” kata Dyah.
Ia menambahkan, selain pariwisata, Banyuwangi memiliki potensi besar untuk pengembangan industri hilir, rantai pasok logistik, dan transportasi. “Pemprov Jatim akan terus memberikan dukungan dalam mengakselerasi pertumbuhan tersebut,” pungkasnya.