Banyuwangi, seblang.com – Seorang warga Madiun nyaris menjadi korban penipuan jual beli mobil dengan modus harga miring lewat media sosial. Korban, berinisial AG (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang mobil bekas, rela menempuh perjalanan lebih dari 450 kilometer ke Banyuwangi pada Rabu (30/4/2025), setelah tergiur dengan tawaran sebuah mobil bekas Xenia terbaru seharga Rp125 juta.
AG mengaku pertama kali melihat unggahan penjualan mobil itu di salah satu platform media sosial. Penjual menyampaikan informasi dengan tutur kata yang sopan dan menyebut mobil dijual karena butuh uang dalam kondisi mendesak. Alasan itu membuat AG tak menaruh curiga sedikit pun, karena surat-surat dan foto mobil ditunjukkan sesuai dan lengkap.
“Awalnya saya pikir ini rezeki, karena harganya di bawah pasaran. Komunikasinya saat video call juga sopan, seperti orang yang benar-benar butuh uang. Tetapi anehnya dia selalu tidak mau menampakkan wajahnya,” ungkap AG.
Setelah terjadi kesepakatan harga, penjual mulai meminta Agus untuk mengirimkan uang muka sebesar Rp5 juta. Permintaan itu disampaikan berulang kali, bahkan saat AG sudah dalam perjalanan menggunakan bus dari Madiun menuju Banyuwangi.
Pelaku juga terus menanyakan posisi AG secara berkala melalui pesan dan telepon. Namun, AG menolak mentransfer uang di muka. Ia tetap memegang prinsip bahwa transaksi harus dilakukan secara langsung setelah melihat barang.
“Dari berangkat sampai di Jember, dia nggak berhenti menghubungi saya. Minta DP terus, tapi saya tetap nggak mau. Saya selalu pegang prinsip, ada uang ada barang,” katanya.
Penjual sempat menyebut dirinya berasal dari lembaga hukum dan mengaku bahwa kakaknya adalah Kapolsek. Ia juga bersumpah tidak sedang menipu dan memohon agar AG percaya. Namun, saat AG tiba di Jajag, Gambiran, Banyuwangi, lokasi yang dijanjikan untuk bertemu, nomor telepon pelaku sudah tidak bisa dihubungi.
“Sampai Kalibaru saya coba hubungi, tapi sudah nggak aktif. Bahkan di lokasi pertemuan juga tidak saya jumpai mobil yang ditawarkan tersebut. Di situ saya langsung sadar kalau ini penipuan,” tutur AG.
Meski tidak kehilangan uang, AG tetap mengalami kerugian. Ia mengaku telah mengeluarkan ongkos perjalanan hingga Rp300 ribu lebih karena harus berganti-ganti bus dari Surabaya ke Jember dan kemudian ke Banyuwangi. Ia bahkan beberapa kali diminta membayar ulang karena dilempar-lempar antar bus.
“Naik bus dari Surabaya ke Banyuwangi bisa sampai tiga ratus ribu karena harus turun-naik dan bayar lagi. Belum lagi capeknya,” keluhnya.
AG mengaku bersyukur karena masih memiliki teman di Banyuwangi yang bersedia menampungnya untuk bermalam. Setelah sempat beristirahat, ia memutuskan langsung pulang ke Madiun keesokan pagi harinya menggunakan bus menuju Surabaya.
“Mau naik kereta api Sri Tanjung, tiketnya sudah habis. Ya terpaksa naik bus lagi, mudah-mudahan tidak dioper-oper lagi,” pungkasnya.