Banyuwangi, seblang.com –Dalam menghadapi gencarnya serbuan gaya hidup dan budaya modern saat ini ternyata masih ada pada anak-anak yang tergabung dalam Sanggar Nampani di Dusun Rejopuro, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi yang tetap semangat untuk menjaga memelihara dan melestarikan tradisi budaya luhur cara membuat ketupat.
Mereka memanfaatkan waktu puasa Ramadan untuk belajar menganyam ketupat, dimulai dari membuat selongsongnya yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) pada Senin (24/3/2025).
Dengan gaya anak-anak yang khas mereka semangat dan antusias belajar teknik dan cara menganyam ketupan yang cukup rumit sebagai bukti kecintaan dan minat yang besar terhadap warisan budaya mereka agar tetap lestari.
Ketua Sanggar Nampani, Samian, mengungkapkan kebanggaannya atas semangat anak-anak dalam melestarikan tradisi ini.”Mereka sangat antusias melestarikan budaya, seperti yang dilakukan anak-anak di sini. Selain belajar menari, mereka juga belajar budaya-budaya tradisional seperti menganyam ketupat,” ujarnya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak hanya sebatas mengajarkan keterampilan menganyam, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur budaya Jawa pada generasi muda.
Dalam tradisi sebagian masyarakat, menyantap sajian menu ketupat merupakan hal yang ditunggu saat merayakan Lebaran atau Idul Fitri. Namun, tahukah Anda bagaimana cara pembuatan ketupat, filosofi dan makna mendalam di balik hidangan ketupat khas ini?
Bagi masyarakat Jawa, menu ketupat bukan sekadar makanan, melainkan simbol sebuah filosofis yang kaya akan makna dan pesan yang ingin disampaikan.
Kata “Ketupat” atau “kupat” dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari “Ngaku Lepat,” yang berarti mengakui kesalahan. Makna tersebut tercermin dalam tradisi masyarakat Lebaran, dimana umat Muslim saling berkunjung untuk bermaaf-maafan dan mengakui kesalahan masing-masing serta sajian menu ketupat yang ada di sebagian besar rumah warga.
Diharapkan dengan pembelajaran membuat ketupat yang dilakukan, tradisi membuat ketupat ini akan terus dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda di masa mendatang.