Situbondo, seblang.com – Pemerintah Kabupaten Situbondo menggelar dialog “Wisata Naik Kelas” di Pendopo Situbondo, Jumat malam (21/3/2025).
Dialog ini dihadiri oleh Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo, Wakil Bupati Ulfiyah, Sekretaris Daerah Wawan Setiawan, Kepala Disparpora Pugu, dan para pemangku kepentingan pariwisata se Kabupaten Situbondo.
Tujuannya adalah merumuskan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan mendukung program prioritas Sentra Ekonomi Wisata dan Kebudayaan (SESAKA).
Dalam dialog tersebut, Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan seluruh potensi wisata di Situbondo. Ia telah menginstruksikan Kepala Dinas Pariwisata untuk mengumpulkan seluruh pelaku dan pemangku kepentingan pariwisata guna merumuskan strategi pengembangan yang komprehensif.
“Visi misi kami jelas, yaitu menggarap potensi pariwisata Situbondo. Kami ingin Situbondo memiliki identitas lokal yang kuat, tidak hanya meniru daerah lain,” ujar Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo.
Bupati menyoroti beberapa potensi wisata Situbondo yang belum maksimal, seperti Plaza Rengganis, KK26, Bukit CIP, dan Pantai Firdaus. Ia juga menyinggung Kampung Blekok, yang pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, namun kini kondisinya memprihatinkan.
“Kita belum menemukan identitas lokal kita. Definisi pariwisata Situbondo itu apa? Apakah kita mau meniru kota tetangga yang menjual wisata alamnya atau internetnya, atau kita mau mencari sendiri?” tanya Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo.
Bupati mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengosongkan pikiran dan mendiagnosis potensi lokal Situbondo secara menyeluruh. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang pro terhadap pembangunan kepariwisataan, yang melibatkan pelaku, masyarakat, dan pemerintah.
“Malam hari ini, saya mengajak diskusinya bukan di situ. Mari kita kosongkan dulu semua yang ada, lalu kita diagnosa apa itu yang disebut identitas lokal. Jangan-jangan kita belum pernah melakukan itu,” tegasnya.
Bupati berharap, dengan pengelolaan pariwisata yang baik, prestasi di sektor pariwisata, UMKM, dan sektor lainnya dapat meningkat, sehingga Situbondo dapat keluar dari ketertinggalan. Ia juga menargetkan penurunan angka kemiskinan di Situbondo.
Sementara itu, pegiat wisata Ko Hari menyoroti beberapa permasalahan yang dihadapi pariwisata Situbondo, seperti tidak adanya standar harga makanan dan belum adanya paket tiket wisata. Ia berharap, pemerintah daerah dapat segera mengatasi permasalahan tersebut.
“Tidak adanya standar harga makanan membuat pengunjung takut membeli kuliner di Situbondo. Selain itu, perlu adanya paket tiket wisata untuk memudahkan pengunjung,” kata Ko Hari.
Dialog ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan pariwisata Situbondo yang berkelanjutan dan berdaya saing.///////