Malang, seblang.com – Seperti tahun tahun sebelumnya menjelang bulan Ramadan dan Lebaran selalu terjadi lonjakan harga di sektor pangan, hal tersebut menjadi sorotan anggota DPR RI Komisi XI Andreas Eddy Susetyo saat melakukan inspeksi langsung terhadap operasi pasar yang diselenggarakan oleh Bulog dan Food ID di Kantor Pos pusat di Kota Malang. Guna mengevaluasi efektivitas distribusi bahan pokok dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.
Andreas menyoroti fluktuasi harga bahan pokok yang cenderung meningkat menjelang periode konsumsi tinggi, beberapa komoditas strategis, seperti cabai dan bawang merah, menunjukkan lonjakan harga yang signifikan, sementara ketersediaan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan harga Rp 11.000 per kg masih terbatas di pasar.
“Harga beras memiliki kontribusi besar terhadap inflasi. Jika distribusi beras SPHP tidak segera dioptimalkan, dampaknya bisa semakin luas bagi daya beli masyarakat kecil. Stabilitas harga pangan bukan hanya soal keterjangkauan, tetapi juga soal keberlanjutan kebijakan distribusi,” kata Andreas saat peninjauan operasi pasar di Kantor Pos pusat di Kota Malang, Jumat 28/2/2025.
Salah satu kendala utama dalam operasi pasar adalah efektivitas distribusi yang masih perlu disempurnakan, bahkan dirinya menegaskan bahwa keberhasilan intervensi pasar bergantung pada koordinasi lintas sektor, termasuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bulog, serta distributor pangan.
“Distribusi berbasis data akurat agar program subsidi tepat sasaran. Digitalisasi dalam pendataan penerima manfaat dapat menjadi solusi untuk memastikan tidak ada duplikasi penerima dan stok bahan pokok dapat tersebar merata,” jelas politisi partai PDI Perjuangan kabupaten Malang ini.
Selain itu, keberlanjutan pasokan minyak goreng subsidi “Minyak Kita” juga menjadi perhatian. Minyak goreng merupakan komoditas dengan volatilitas tinggi yang berpengaruh langsung terhadap konsumsi rumah tangga, terutama di segmen masyarakat berpenghasilan rendah.
“Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat menjaga pasokan dan menekan disparitas harga agar tetap dalam batas daya beli masyarakat terangnya.
Dalam upaya jangka panjang, Andreas juga menekankan pentingnya memperkuat ketahanan pangan berbasis komunitas.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan produksi pangan lokal melalui pemberdayaan kelompok tani dan wirausaha muda di sektor agribisnis.
“Ketergantungan terhadap pasokan dari luar wilayah meningkatkan risiko volatilitas harga. Oleh karena itu, diversifikasi sumber pangan dan penguatan produksi lokal harus menjadi prioritas dalam kebijakan pangan nasional,” ungkap Andreas.
Evaluasi terhadap operasi pasar di Malang menunjukkan bahwa meskipun intervensi harga telah dilakukan, tantangan utama masih terletak pada distribusi yang merata dan ketepatan sasaran penerima manfaat.
Andreas menegaskan bahwa pemerintah perlu mempercepat distribusi beras SPHP serta memperkuat koordinasi antar lembaga dalam operasi pasar agar intervensi yang dilakukan tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga mampu menciptakan stabilitas harga yang lebih berkelanjutan.
“Ke depan, sinergi antara penguatan produksi pangan lokal dan efisiensi distribusi diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam menjaga ketahanan pangan dan melindungi daya beli masyarakat di tengah dinamika ekonomi nasional,” tandas Andreas Eddy Susetyo.
Andreas rencananya akan meninjau langsung proyek bioflok budidaya gurame yang dikelola Karang Taruna Mulyoagung serta green house pembibitan cabai milik Pemuda Muhammadiyah Dau serta berdialog dengan kelompok pemuda dan pelaku usaha tani ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi strategi jangka panjang dalam membangun ketahanan pangan berbasis komunitas.
Sementara itu, informasi dari Bulog wilayah Malang bahwa operasi pasar dilaksanakan sejak 24 Pebruari sampai 28 Maret di seluruh kantor pos yang ada di wilayah Malang raya.