Jember, seblang.com – Jenazah seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) bernama Mahfud (47) asal Dusun Kebon Sadeng, Desa Kemuningsari Kidul, Jenggawah, Jember mengalami kendala gara-gara efisiensi anggaran, saat proses pemulangan jenazah.
Disampaikan oleh anak laki-laki TKI tersebut, Ahmad Zaenuri (31) mengatakan untuk pemulangan jenazah bapaknya sempat tertunda hingga dua hari.
“Itu kendalanya, juga sempat tertunda waktu selama dua hari. Kendalanya itu waktu pemulangan dari jadwal penerbangan dari Malaysia ke Indonesia,” kata Zaenuri saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di Jember, Kamis (20/2/2025).
Terkait persoalan ini, kata Zaenuri, pihak keluarga hanya memiliki harapan bapaknya dapat pulang untuk dimakamkan dengan layak. Pasalnya terkait penyebab kematian, ungkapnya, pihak keluarga hanya mendapat informasi jika TKI tersebut meninggal karena kecelakaan kerja.
“Bapak bekerja di Perak, Malaysia selama dua tahun lebih. Ibu saya juga kerja di Malaysia. Kalau penyebab kematian infonya karena kecelakaan kerja, tapi kalau kronologi saya tidak tahu,” ucapnya.
“Kami hanya punya harapan bapak cepat pulang. Alhamdulillah kemudian terbantu oleh Disnaker Provinsi Jatim dan dari Anggota DPRD Provinsi Jatim. Kemudian juga selalu diinfo perkembangan pemulangan jenazah ini oleh Bu Kades itu,” sambungnya.
Terkait persoalan pemulangan jenazah TKI itu, juga dibenarkan oleh UPT P2TK Disnaker Trans Provinsi Jatim. Kata Kepala Seksi Perlindungan Pemberdayaan dan Kelembagaan Penempatan UPT P2TK Disnaker Trans Provinsi Jatim, RR. Nurul Hidayati yang membantu proses pemulangan jenazah.
Pihaknya mengakui, sempat mengalami kesulitan untuk proses pemulangan jenazah. Karena dampak adanya efisiensi anggaran.
“Jadi karena adanya instruksi bapak presiden itu. Terkait kegiatan perjalanan ke luar kota ataupun dalam kota ataupun kegiatan yang memang membutuhkan suatu anggaran banyak, harus dikurangi atau paling tidak ditekan. Supaya tidak terjadi pengeluaran anggaran yang begitu besar,” kata Nurul.
Namun demikian, dengan adanya kendala itu. Pihaknya, kata Nurul, kemudian memutar otak untuk upaya menolong masyarakat. Terlebih setelah adanya koordinasi yang dilakukan dengan Anggota DPRD Provinsi Jatim Eko Yunianto, NGO Migrant Care, dan relawan kemanusiaan Ben Seromben Indonesia di Jember.
“Jadi kronologinya begini, kebetulan anggaran kami terkait dengan PMIB (Pekerja Migran Indonesia Bermasalah), itu memang ada anggaran tapi tidak begitu banyak. Karena banyaknya terkait dengan permintaan untuk fasilitasi (pemulangan jenazah TKI), baik itu dari Kabupaten Jember, Ponorogo, terutama wilayah Jawa Timur,” ujarnya.
“Karena anggaran kami sudah menipis atau tidak bisa memfasilitasi kedua jenazah tersebut, akhirnya saya menyampaikan (kendala ini) kepada pimpinan. Disarankan, untuk disampaikan ke Disnaker Jember. Bukannya kami menolak, tapi karena anggaran kami memang sudah hampir habis, kami tidak bisa memfasilitasi,” sambungnya menjelaskan.
Selanjutnya dilakukan koordinasi tersebut, kata Nurul, proses pemulangan jenazah TKI asal Jember ini pun dapat terlaksana.
“Karena ini adalah pesan dari Pak Kadis, dan Pak Kadis sudah mendapatkan mandat dari Dewan. Mungkin Dewan itu sudah dihubungi oleh sejumlah relawan, supaya difasilitasi. Akhirnya dilakukan pengiriman jenazah ini. Kan ada dua jenazah nih, tanggal 19 (Februari), yang satu informasinya dari itu diwakili, difasilitasi oleh Ormas kalau tidak salah,” ucapnya.
Dengan persoalan efisiensi anggaran itu, lebih lanjut kata Nurul, kemudian dilakukan upaya untuk menyikapi persoalan terkait pemulangan jenazah TKI di wilayah Jawa Timur.
“Nah dari Pak Kadis itu menyarankan supaya kegiatan yang tidak begitu penting, dan bisa dilakukan efisiensi anggara untuk bisa ditekan, harus dipotong. Dan dari UPT kami tidak ada pemotongan anggaran agar kita bisa tetap memfasilitasi,” ucapnya.
“Anggaran di dinas kami dialihkan ke UPT P2TK Disnaker Trans Provinsi Jatim. Agar UPT mendapatkan tambahan anggaran itu. Tujuannya, PMIB dan konter yang ada di bandara. Karena konter, kami kan juga punya konter ya di bandara, itu kan langsung berhubungan dengan mereka (TKI) yang pulang ke Indonesia,” sambungnya.
Namun demikian, kata Nurul, pihaknya yakni Disnaker Trans Provinsi Jatim. Tidak bisa berbuat banyak terkait situasi saat ini.
“Tapi koordinasi dengan (Disnaker) kabupaten tetap. Kalau seandainya nanti ada permintaan untuk fasilitasi senyampang anggaran itu belum ada, ya kami tetap menyampaikan. Istilahnya menolak secara halus gitu karena kan memang tidak bisa. Kita sama-sama berharap ada solusi,” tuturnya.
Sementara itu terkait pemulangan jenazah yang berkaitan dengan TKI dan saat ini ditemukan sejumlah persoalan mengenai efisiensi anggaran. Camat Jenggawah Endro Lukito juga membenarkan tentang adanya kendala pemulangan jenazah TKI.
Namun demikian, kata Endro, terkait persoalan TKI itu. Diketahui, karena adanya persoalan TKI bermasalah.
“Kemarin kita juga sudah koordinasi dengan di Disnaker Kabupaten Jember. Mohon maaf, informasi yang saya terima yang bersangkutan itu (Pekerja TKI) kan memakai jalur tidak resmi,” ujar Endro.
Sehingga dengan persoalan ini, lanjutnya, pihaknya sebagai kepala wilayah kecamatan. Secara massif terus melakukan edukasi, tentang proses keberangkatan TKI dengan jalur resmi.
“Jadi kami mengimbau kepada semua masyarakat, agar supaya kalau bekerja di luar negeri itu pakai jalur yang resmi atau yang legal. Kenapa? agar hak-haknya bisa tercover. Seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, itu bisa di cover semua mulai dari asuransi, kemudian ke pemulangan jenazah segala macam itu dipermudahkan,” ujarnya.
Menyikapi persoalan pemulangan jenazah TKI yang bermasalah itu. Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jatim Eko Yunianto menegaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan komisi terkait yang membidangi untuk mencari solusi konkret.
“Di tengah situasi saat ini (Efisiensi anggaran). Bagi kami itu tidak ada. Kami secara total akan memberikan perhatian dan membantu. Akan tetapi, ini menjadi PR bagi pihak terkait. Atas dasar apa? Ya kemanusiaan,” ujar Eko saat dikonfirmasi.
Persoalan TKI mulai dari keberangkatan, lanjutnya, kemudian bekerja dan kembali pulang ke Indonesia. Adalah persoalan klasik dengan banyaknya kasus.
“Oke ini kasus yang saya temukan pertama, tapi tidak menutup kemungkinan persoalan lainnya di Jawa Timur ada. Mau sampai kapan TKI, kalau bahasa saya hanya jadi sapi perah untuk yang disebut Pahlawan Devisa Negara. Tapi saat pulang, ada kejadian meninggal dan ada masalah,” tegas Legislator asal PDI Perjuangan ini.
“Lebih lanjut koordinasi dari hulu ke hilir harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kasihan para TKI itu, apalagi keluarganya juga. Yang sampai kesulitan untuk memakamkan karena tidak bisa pulang. Apa jenazah TKI itu mau menumpuk di Kargo Bandara,” tandasnya.