Banyuwangi, seblang.com – Dunia maya dalam dua hari dikejutkan dengan fenomena ikan laut naik ke daratan kembali terjadi di Pantai Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Ribuan ikan jenis lemuru melompat ke tepi pantai.
Warga sekitar yang melihat kejadian ini langsung turun ke pantai. Mereka bisa mengambil ikan dengan tangan kosong di tepian pantai, karena jumlahnya sangat banyak.
Menurut salah seorang warga asli Grajagan Siti Arbuang (50 tahun fenomena ikan laut naik ke daratan terjadi selama dua hari berturut-turut, Senin (10/2/2025) siang dan Selasa (11/2/2025) malam.
“(Senin) kemarin sekitar jam 14.00, lalu tadi malam mulai jam 20.00 sampai 22.00,” ujar Siti saat dikonfirmasi, pada Rabu (12/2/2025) siang.
Dia menuturkan fenomena seperti ini pernah terjadi pada tahun 1994. Saat itu, banyak cumi-cumi naik ke perairan dangkal, sehingga dengan mudah warga bisa menangkapnya.
“Dulu tahun 1994 ada cumi banyak sekali, tinggal di jaring. Saya masih muda waktu itu, usia sekitar 20 tahun, dan sudah punya anak kecil,” ujarnya.
Namun, dia mengingat kejadian itu sebagai awal dari bencana besar. Setelah itu, tsunami datang secara tiba-tiba. Siti menjadi salah seorang saksi sejarah ketika tsunami 1994 melanda Banyuwangi selatan.
“Mertua saya terseret ombak dan meninggal, saudara saya juga ada yang meninggal di laut,” kenangnya.
Meski fenomena ikan naik ke pantai kali ini belum tentu terkait dengan bencana, warga tetap merasa khawatir. “Respon warga semoga tidak ada apa-apa. Tapi yang pernah mengalami dulu ya takut,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra mengatakan, fenomena ini bisa terjadi karena perubahan suhu laut. Secara teori, ikan akan berpindah ke wilayah yang suhunya lebih nyaman bagi mereka.
“Faktor lain, misalnya, kualitas air laut yang buruk. Hal tersebut bisa terjadi salah satunya akibat ledakan alga,” kata Suryono.
Ikan–ikan yang muncul ke permukaan, imbuhnya, juga bisa diakibatkan karena gerombolan ingin mendekati arus air yang lebih hangat.
“Selain itu, fenomena ini bisa terjadi saat peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Juga bisa karena adanya perbedaan suhu laut,” tutur dia.
Menurut Suryono, fenomena semacam ini merupakan siklus yang biasa terjadi, terutama saat musim kemarau.”Fenomena ini tidak selalu menjadi pertanda bencana besar. Namun masyarakat tetap harus waspada,” pungkasnya.