Rahasia Di Balik Kesejahteraan Petani Tebu, Andalan Kemitraan Emas PKPTR Kabupaten Malang

by -7 Views
Writer: Achmad Suseno
Editor: Herry W. Sulaksono
Ketua Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat Kabupaten Malang KH Hamim Kholili
iklan aston

Malang, seblang.com – Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Kabupaten Malang berhasil menjadi motor penggerak kesejahteraan petani tebu. Melalui berbagai program dan kemitraan, PKPTR turut membantu dan menjadi andalan petani mendapatkan akses modal, teknologi, dan pasar yang lebih luas.

Lewat program dan kemitraan, Pusat Koperasi Primer TeBu Rakyat (PKPTR) yang berhasil menjadi motor penggerak Kesejahteraan petani tebu yang turut membantu serta menjadi andalan petani mendapatkan akses modal, teknologi dan pasar.

iklan aston

Dengan dukungan ekosistem pangan yang kuat, petani tebu lokal  semakin bersemangat mengembangkan budidaya tebu. Potensi tebu Malang tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi petani, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.

Ilustrasi perkebunan tebu (google)

Menurut Ketua Umum Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR) Kabupaten Malang, KH Hamim Kholili, jika selama beberapa tahun terakhir petani tebu rakyat di Kabupaten Malang yang terafiliasi banyak diuntungkan.

Dukungan ekosistem pangan pemerintah juga kemitraan off taker (pembelian) yang dipastikan mengambil tebu hasil produksi melalui skema bagi hasil (SBH) dengan adanya jaminan pasar dan dukungan modal, produksi tebu rakyat semakin meningkat dan dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi petani.

“Produksi pascapanen tebu rakyat sudah mendapatkan kepastian diambil off taker. Bahkan, kami punya Standby buyer, atau pembeli dari jajaran manajemen BUMN Pabrik Gula (PG) untuk mengambil tebu hasil panen dari petani,” terang Gus Hamim Kholili, kepada awak media. Kamis (12/12/2024).

KH Hamim Kholili menambahkan jika manajemen PG sebagai Standby buyer juga akan mengambil tebu petani yang belum laku terjual, berkenaan dengan pembelian gula petani saat tidak ada kesepakatan harga dengan pedagang atau ketika pasar penjualan sedang lesu.

“Dalam waktu 1-2 minggu saja, mereka akan mengambil tebu petani yang belum laku terjual, Harga dasar penjualan tebu dari petani sesuai Harga Acuan Produsen (HAP) awalnya hanya Rp 12.500/kilogram, beberapa  tahun ini bisa naik mencapai Rp 14.500/kilogram,” imbuh Gus Hamim panggilan akrab KH Hamim Kholili.

Selain itu, harga eceran tertinggi gula akan naik untuk pasar keluar senilai Rp. 17.500/kilogram. Dan, di daerah luar Jawa seperti kawasan Indonesia Timur, harga eceran gula bisa mencapai Rp 18.500/kilogram.

Nantinya melalui KPTR juga akan mengupayakan sepenuhnya dari fasilitasi asosiasi kelompok petani yang tergabung berafiliasi dengan KPTR terkait Kemitraan dengan pihak off taker pascapanen tebu.

“Jadi gula yang dihasilkan dari produksi petani tebu, bisa dijual kepada siapapun calon pembeli, juga distributor. Sistemnya melalui penawaran terbuka atau lelang. Jadi, dari 19 perusahaan mitra kami bisa melakukan pembelian dengan penawaran harga sebelumnya,” ungkap Gus Hamim.

Dengan dukungan kemitraan off taker ini, dalam beberapa tahun terakhir harga pascapanen tebu atau gula relatif stabil.

“Komoditi gula yang dihasilkan petani kini lebih terjamin pasarnya dan harganya stabil. Tidak seperti sebelumnya, tidak pasti. Harganya juga kadang turun kemudian naik lagi,” tandas Gus Hamim.

Sebelumnya, dukungan fasilitasi ekosistem pangan untuk gula, juga terus diberikan pemerintah melalui intervensi Badan Pangan Nasional (Bapanas). Dengan intervensi Bapanas ini, produksi gula mulai dari tingkatan petani sampai pemasaran dan ketercukupannya lebih terjamin.

Gus Hamim menjelaskan, melalui PKPTR yang diketuainya, juga dukungan kemitraan dengan BUMN Pabrik Gula, juga dirasakan banyak membantu petani tebu rakyat. Terutama, dukungan untuk persiapan awal dan proses tanam tebu.

Menurutnya petani bisa dengan mudah mendapatkan akses pinjaman modal budidaya dari beberapa lembaga perbankan.

“Jadi, petani tebu rakyat anggota kami tidak kesulitan akses modal awal dari perbankan. Ini karena rekomendasi koperasi (PKPTR) dibutuhkan. Juga, dari PG yang juga mengetahui luasan dan kapasitas produksi tebu petani di sini,” tandas Gus Hamim.

Beberapa tahun terakhir, menurutnya produksi tebu di wilayah Kabupaten Malang juga terus meningkat. Tahun ini, sudah hampir 45 ribu hektare lahan ditanami tebu, dengan keberadaan dua Pabrik Gula, yakni PG Krebet Bululawang dan PG Kebonagung Pakisaji Kabupaten Malang.

“Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, produksi tebu di kabupaten Malang terus meningkat, dan tahun ini hampir 45 ribu hektar lahan di tanam tebu dengan dukungan dan keberadaan PG Krebet Bululawang dan PG K bunagung Pakisaji kabupaten Malang,” pungkas KH Hamim Kholili.////////

No More Posts Available.

No more pages to load.