Banyuwangi, seblang.com – Amarah warga Lingkungan Tanjung, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, memuncak. Ratusan penduduk pesisir ini dengan lantang menolak rencana pembangunan tambak bioflok dan galangan kapal di lingkungan mereka.
“Ini ancaman serius bagi kami,” tegas Akhmad Jufri, tokoh agama setempat. Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Mayoritas penduduk menggantungkan hidup pada laut sebagai nelayan tradisional. Mereka yakin proyek ini akan mencemari lingkungan dan menghancurkan mata pencaharian mereka.
Infrastruktur jalan desa yang baru diaspal mulus pun terancam. “Jalan ini akan hancur digilas alat berat,” Akhmad Jufri menambahkan. “Belum lagi bahaya yang mengintai anak-anak kami dari lalu lalang kendaraan proyek.”
Agus, tokoh masyarakat Lingkungan Tanjung, mencium gelagat mencurigakan. “Ini mungkin hanya modus,” ujarnya, mengingat penolakan serupa pada 2021 lalu terhadap rencana pembangunan galangan kapal di lokasi yang sama.
Warga tidak main-main. Selain mengirim surat penolakan ke instansi terkait yang ditandatangani ratusan warga, mereka juga telah membangun palang pintu, menghadang akses ke lokasi rencana pembangunan. “Jika nekat, jangan gunakan jalan desa. Buat jalan sendiri!” tantang Agus.
Tuntutan warga tidak berhenti di situ. Mereka mendesak pihak berwenang meninjau ulang perizinan perusahaan. “Intinya, kami menolak keras pembangunan apapun di pesisir kami,” tegas Agus, menutup pembicaraan.
Perlawanan ini menyiratkan pertarungan sengit antara kepentingan bisnis dan hak masyarakat pesisir. Nasib lingkungan dan mata pencaharian ratusan nelayan kini berada di ujung tanduk.