Membangun Harapan di Pesisir Serdang Bedagai: Kisah Rusmawati dan Sanggar Belajar Anak

by -145 Views
Rusmawati (foto dok Istimewa)
iklan aston

Serdang Bedagai, seblang.com – Di tengah deru ombak Pesisir Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sebuah cahaya harapan bersinar terang. Rusmawati, perempuan kelahiran Desa Bingkat 2 Februari 1976, telah memulai revolusi kecil yang mengubah nasib masyarakat pesisir.

Kawasan perkampungan nelayan ini lama dikenal dengan kemiskinan yang mencengkeram. Pendidikan layak bagaikan fatamorgana, sementara anak-anak terancam putus sekolah. Lebih menyedihkan lagi, masyarakat setempat seolah pasrah dengan semboyan, “Kerja tak kerja, asal hidup enak.”

iklan aston
iklan aston

Namun, Rusmawati menolak untuk menyerah pada keadaan. Sebagai aktivis Hapsari, LSM yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, ia merasa terpanggil untuk bertindak. “Saya tidak bisa diam melihat kondisi ini,” ujarnya dengan mata berbinar penuh tekad.

Langkah pertamanya adalah mendirikan Sanggar Belajar Anak (SBA). Bersama rekan-rekannya dari Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN), Rusmawati membangun fondasi pendidikan yang kokoh bagi generasi muda.

SBA bukan sekadar tempat belajar. Di bawah asuhan Rusmawati, sanggar ini menjadi inkubator perubahan. “Ibu-ibu wali murid juga dilatih berorganisasi dan berdiskusi tentang persoalan perempuan, ekonomi, sosial, dan budaya setempat,” jelasnya. Diskusi-diskusi ini membuka wawasan dan membangun kesadaran kritis di kalangan para ibu.

Namun, Rusmawati tak berhenti di sana. Ia paham bahwa pendidikan tanpa pemberdayaan ekonomi bagaikan pohon tanpa akar. Maka, lahirlah inisiatif kelompok pinjaman lunak. Dalam empat tahun terakhir, 40 ibu rumah tangga telah menerima pinjaman sebesar Rp 1 juta per orang.

Dana ini bukan sekadar uang, melainkan benih harapan. Para ibu mulai beternak ayam dan bebek, berkebun sayur di pekarangan rumah, hingga membuat ikan asin. Perlahan tapi pasti, roda ekonomi berputar, membawa senyum ke wajah para peternak dan petani kecil.

Pendanaan SBA sendiri merupakan perpaduan dari berbagai sumber. Kucuran dana Hapsari, organisasi induk SPPN, dikombinasikan dengan SPP murid yang berkisar antara Rp 8.000-10.000 per bulan, serta bantuan dari lembaga asing. Meski tak besar, dana ini cukup untuk menutupi honorarium guru dan biaya operasional sehari-hari.

Dedikasi Rusmawati dalam membangun kemandirian masyarakat pesisir tak luput dari sorotan. Pada tahun 2011, ia menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh Astra. Penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas jerih payahnya, tetapi juga suntikan semangat untuk terus berkarya.

Seiring berjalannya waktu, Rusmawati kini berhasil mendirikan lebih dari delapan sanggar di sekitar pesisir Serdang Bedagai. Tidak hanya itu, ia juga memberikan bimbingan kepada perempuan muda yang telah putus sekolah. Rusmawati melatih mereka dalam pengajaran yang benar agar kelak mereka bisa menjadi pengajar bagi warga lainnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.