Siapkan Kurikulum Merdeka SMKN Ihya’Ulumudin Singojuruh Banyuwangi Gelar IGSP

by -2549 Views
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Guna mempersiapkan diri menghadapi Kurikulum Merdeka, SMKN Ihya’Ulumudin menggelar kegiatan Imud Gelar Seni Dan Pariwisata (IGSP) selama dua hari mulai tanggal (10-11/10/24)atau yang biasa di lakukan di tengah semester. Kegiatan ini dilaksanakan di lapangan SMKN Ihya’Ulumudin Desa Padang Kecamatan Singonjuruh Banyuwangi.

“Di dalam Kurikulum Merdeka satunya adalah membangun karakter interprener seperti yang dilakukan sekarang ini, seluruh siswa -siswi mengikuti berbagai macam lomba seperti halnya dari jurusan tata busana, Demo Cooking, yel-yel dan masih banyakkegiatan lomba yang dilakukan. Mereka menampilkan fashion show yang bahan – bahanya di ambil dari barang-barang bekas atapun barang yang bisa didaur ulang, “tutur Ketua Pelaksana Kegiatan IGSP Saputra indra purnama, yang keseharian sebagai tenaga pendidik di bidang brocasting dan perfilman.

iklan aston
iklan aston

Kegiatan IGSP ini adalah salah satu pilar penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menjadi tenaga kerja yang berkompeten dan berdaya saing di dunia industri.

Tak dipungkiri, geliat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kini tengah mengalami perkembangan nan pesat. Tak hanya dilihat dari bangunan, proses pembelajaran pun kini jauh lebih menyenangkan hingga membuat peserta didiknya kian nyaman selama menikmati masa studi di sekolahnya.

Saat di temui Kepala SMKN Ihya’ Ulumudin Mohamad Maliki menuturkan proses pembelajaran berbasis proyek (project based learning/PBL) ini pun menjadi menarik karena umumnya siswa yang terlatih langsung ini mudah mendapat pekerjaan karena sesuai dengan kebutuhan industrinya. “Jadi, proses pembelajaran ini membuat mereka lebih senang, berbeda dengan hanya belajar di kelas,” tuturnya.

Terlebih, hadirnya Kurikulum Merdeka telah memberi peluang bagi sekolah untuk memanfaatkan segala sumber daya, seperti potensi peserta didik, guru, maupun potensi daerah sekitarnya, dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Jadi, kurikulum merdeka menciptakan merdeka belajar bagi murid, sedangkan guru mendapatkan merdeka mengajar. “Namun, merdeka tidak dapat diasumsikan lain. Misalnya siswa boleh datang terlambat atau tidak mengikuti pelajaran. Merdeka adalah belajar sesuai dengan passion, tanpa tekanan,” jelas Maliki.

Tak hanya guru, orang tua juga menjadi bagian penting dalam mendidik karakter anak. Dalam Kurikulum Merdeka, banyak pelajaran yang harus dimulai dari rumah. “Jangan lagi orang tua memaksakan anak memilih program studi sesuai kemauan mereka, melainkan sesuai dengan minat anak. Ini harus diketahui juga oleh orang tua bahwa mendampingi anak milenial berbeda pada saat mereka masih sekolah. Jadi, orang tua juga harus menjadi coach bagi anaknya,” tambahnya.

Melalui kurikulum merdeka, peserta didik juga dapat belajar di luar minatnya, misalnya siswa Jurusan Tata Boga bisa mempelajari kecantikan. Kita tidak memaksakan anak harus menguasai semuanya, melainkan harus melihat potensi besarnya. Jadi, siswa akan melakukan sebuah proyek sesuai dengan apa yang ingin mereka kembangkan.

Besar harapan melalui kegiatan IGSP bisa mengubah mindset, baik guru maupun orang tua. Perubahan mindset ini harus dikelola dengan baik melalui komunikasi yang terus dikembangkan antarguru, misalnya melalui agen perubahan guru penggerak dan komite pembelajaran. “Agen-agen perubahan inilah yang nantinya akan belajar bersama dengan para guru hingga menghasilkan paradigma baru sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” pungkasnya.////////

No More Posts Available.

No more pages to load.