Lebih lanjut, Mujiono menyinggung pentingnya pengembangan angkutan di area perumahan yang belum terlayani oleh transportasi umum. Ia akan mengkaji dan menyiapkan sistem angkutan yang terorganisir, dengan titik jemput dan antar yang jelas bagi warga perumahan.
Sekda Banyuwangi juga menyoroti pentingnya memanfaatkan peluang dengan banyaknya kelompok pengajian yang sering kali melakukan kegiatan. “Harapannya rombongan kelompok pengajian ini memanfaatkan angkutan umum ini, tentunya dengan kemudahan akses melalui call center yang disediakan. Dengan begitu dapat meningkatkan pendapatan sopir angkot,” katanya.
Mengenai kondisi armada angkutan di Banyuwangi, Mujiono mencatat bahwa dari total 240 unit, hanya sekitar 100 yang masih beroperasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara biaya operasional dan pendapatan.
“Kita harus mengevaluasi bersama bagaimana meningkatkan operasional armada yang ada, serta mempertimbangkan upgrade pada bentuk angkutan yang ada agar tetap kompetitif, apalagi dengan adanya rencana pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan kereta api yang menghubungkan Banyuwangi dengan Jakarta yang tentunya akan mendatangkan banyak orang,” ujarnya.
Mujiono juga menyinggung pentingnya digitalisasi dalam sektor transportasi, seiring dengan era transformasi digital yang tengah berlangsung. Namun, ia menekankan bahwa langkah ini harus dibarengi dengan pembinaan sumber daya manusia dan penyiapan sistem yang matang. “Kita harus mulai dari bawah, dengan sosialisasi dan pelatihan yang tepat, sehingga saat digitalisasi dijalankan, semua bisa mengoperasikannya dengan baik,” pungkasnya./////