Serunya Para Pembalap Dunia Kenakan Sarung dan Kopiah di Tour de Banyuwangi Ijen

by -2339 Views
Wartawan: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono
iklan aston

Banyuwangi, seblang.comInternational Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI) dimulai hari ini dengan etape pertama bertempat di SMKN 2 Tegalsari, kawasan pondok pesantren. Menariknya, para pembalap Tour de Ijen diperkenalkan dengan tradisi pesantren melalui pemakaian sarung dan kopiah saat prosesi pembukaan.

Para pembalap terlihat antusias mencoba mengenakan sarung, banyak di antara mereka berfoto dan berpose mengenakan sarung dan kopiah.

iklan aston

Aidan Buttigieg, pembalap dari tim St. George Continental Cycling Team Australia, mengungkapkan, “Cukup sulit dipakai bagi orang yang pertama kali mencoba. Saya harus menguasai tekniknya. Sangat menyenangkan bisa mencoba sarung dan kopiah ini.”

Setelah mendapat penjelasan tentang makna dan fungsi sarung, Aidan mengaku kagum mengetahui bahwa ini merupakan tradisi busana santri dan pakaian ibadah umat Muslim di Indonesia. “Sebuah kehormatan saya bisa mencoba budaya dan juga tradisi beragama masyarakat di sini. Sebagaimana memang seharusnya,” ujarnya.

Even Yemane, pembalap 7ElevenThailand asal Eritrea, juga menunjukkan antusiasme yang tinggi saat mengenakan sarung. Pembalap berusia 18 tahun ini mengaku senang dengan suasana pondok pesantren yang menjadi lokasi start. “Indonesia terkenal dengan mayoritas muslimnya, tentunya ini tradisi yang baik dan bisa kita coba selama di sini. Nyaman dipakai,” katanya.

Di lokasi start etape pertama, ratusan santri dan pelajar memadati area tersebut. Mereka memberikan semangat kepada lebih dari 100 pembalap dari berbagai negara yang akan memulai lomba.

Wakil Ketua Umum PB ISSI, Silmy Karim, yang hadir di lokasi mengapresiasi Banyuwangi yang terus menggelar Tour de Ijen. Menurutnya, event ini tidak hanya memajukan olahraga balap sepeda, tetapi juga memadukan olahraga dengan pariwisata dan mengenalkan tradisi nusantara ke dunia. “Banyuwangi luar biasa, tidak hanya bekerja keras menyiapkan even level internasional tapi juga memadukannya dengan kearifan budaya lokal,” tambahnya.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan pemakaian sarung dan kopiah di ajang internasional seperti ITDBI ini sangat efektif sebagai sarana memperkenalkan tradisi pesantren, ikon pendidikan asli nusantara, sekaligus mengkampanyekan nilai-nilai toleransi dan keberagaman. “Kami senang para pembalap cukup antusias memakai sarung dan kopiah, ini menunjukkan mereka juga memiliki toleransi yang tinggi pada keberagaman,” imbuhnya.

Penggunaan sarung dan kopiah juga menjadi simbol akar yang kuat akan budaya dan tradisi Banyuwangi, sejalan dengan upaya menjadikan daerah ini sebagai bagian dari destinasi pariwisata berskala global. ITDBI merupakan upaya promosi sport tourism untuk mendatangkan wisatawan ke daerah.

Etape pertama ini melintasi rute sepanjang 136,2 KM, dengan start di SMKN 2 Tegalsari dan finish di kantor Pemkab Banyuwangi. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.