Banyuwangi, Seblang.com – Ribuan bungkus kue kacang diproduksi dari dapur sederhana di Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi setiap harinya. Namun, bukan hanya aroma kue yang menguar dari sana. Ada kisah pemberdayaan yang jauh lebih memikat dari rasa gurih camilan ini.
Jamilah, sosok di balik usaha rumahan beromzet Rp 200 juta per bulan ini, membuktikan bahwa kesuksesan bisnis bisa berjalan seiring dengan kepedulian sosial. Ia membuka pintu kesempatan bagi mereka yang sering terpinggirkan – pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
“Sudah ikut saya tiga tahun. Alhamdulillah bisa mengerjakan mencetak kue. Tapi tidak saya haruskan ikut kerja terus seperti yang lainnya. Sesuai kemampuannya saja, yang penting bisa belajar mandiri,” ujar Jamilah, menjelaskan keterlibatan seorang pasien ODGJ dari Puskesmas Gitik Rogojampi dalam tim produksinya, seperti menyangrai kacang, membuat adonan, mencetak kue, memanggang hingga mengemas kue ke dalam plastik.
Inisiatif Jamilah merupakan bagian dari program Teropong Jiwa, sebuah terobosan terapi kerja bagi ODGJ. Program ini bertujuan membantu pasien yang telah stabil untuk mengembangkan keterampilan dan terlibat dalam aktivitas produktif.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengapresiasi langkah Jamilah saat berkunjung di tempat produksinya di sela kegiatan Bunga Desa. “Salut untuk Ibu Jamilah mau menjadi orang tua asuh pasien ODGJ. Tentu ini butuh keberanian dan kesabaran tersendiri. Semoga ini menjadi ladang ibadah, dan membuat usaha Ibu Jamilah semakin berkah dan berkembang,” tutur Ipuk sembari mencicipi kue kacang buatan Jamilah.
“Ini kue jadul yang sampai sekarang rasanya sangat enak, perpaduannya pas, gurih dan manis. Harganya juga murah,” imbuhnya.
Perjalanan 24 tahun Jamilah membangun “kerajaan kue kacang” sungguh mengesankan. Berawal dari produksi terbatas yang dipasarkan sendiri, kini 12.000 bungkus kue meluncur dari dapurnya setiap hari. Dengan harga Rp 1.000 per bungkus, kue ini menjadi camilan terjangkau yang diminati banyak kalangan.
Sebelumnya, selain kue kacang dia sempat membuat berbagai kue lainnya seperti kue mlinejo dan kue wijen. “Dari kue kue lainnya ternyata yang paling laris kue kacang, baru saya mulai fokus tahun 2000 membuat kue kacang,” kata Jamilah.
Untuk pemasaran, awalnya Jamilah hanya menitipkan ke satu warung. Selanjutnya bertambah menjadi dua warung dan seterusnya sampai akhirnya sekarang ada 20 orang sales yang ikut membantu memasarkan kuenya.
“Kami juga melayani pesanan dari toko oleh-oleh dan reseller yang menjualnya kembali dengan merek masing-masing. Kue ini juga sampai luar kota seperti Surabaya, Madura, Bali,” ungkap Jamilah, menggambarkan luasnya jangkauan pemasaran.
Dengan 35 pekerja, mayoritas ibu-ibu setempat, usaha Jamilah bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tapi juga memberdayakan ekonomi lokal. Lebih dari itu, inisiatifnya mempekerjakan pasien ODGJ menjadi contoh nyata bagaimana sebuah usaha bisa menjadi agen perubahan sosial.
Kue kacang Jamilah membuktikan bahwa kesuksesan bisnis dan kepedulian sosial bisa berjalan beriringan. Dari sebuah dapur di Banyuwangi, aroma perubahan menyebar, memberikan secercah harapan bagi mereka yang kerap terlupakan.