Kisah Sukses Petani Banyuwangi Terapkan Pertanian Terpadu

by -3546 Views
Writer: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Petani di Desa Temuguruh Kecamatan Sempu Banyuwangi, telah sukses menerapkan konsep sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System). Salah satu petani yang berhasil adalah Nuryanto, yang memanfaatkan interaksi antara tanaman pangan, peternakan, dan perikanan untuk meningkatkan produksi di lahannya.

Di atas lahan seluas 7 hektare Nuryanto mengembangkan berbagai usaha pertanian, termasuk peternakan domba, budidaya ikan lele, penanaman padi, serta berbagai buah seperti durian dan manggis yang ditanam di pinggiran lahan.



“Sejak 2021, saya mulai mengembangkan ini. Awalnya, saya ingin beralih ke pertanian organik untuk menjaga kelestarian sawah saya dan mengurangi penggunaan bahan kimia,” kata Nuryanto saat menerima kunjungan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di lahannya pada kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Gendoh, Temuguruh, dan Karangsari, Kecamatan Sempu, Senin (3/5/2024).

Sejak itu, Nuryanto mulai memproduksi pupuk organik sendiri untuk menggantikan pupuk kimia. Dia juga mulai memelihara domba dengan harapan kotorannya bisa diolah menjadi pupuk.

Saat ini, Nuryanto memelihara sekitar 30 ekor domba. Kotoran dan urine domba diproses menjadi pupuk organik padat dan cair. Air dari kolam ikan lele digunakan untuk membuat Photosynthetic Bacteria (PSB) yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman.

“Hasil olahan limbah ini saya gunakan untuk pemupukan di sawah, sehingga bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia dan lebih hemat serta ramah lingkungan,” jelas Nuryanto.

Selain untuk kebutuhan sendiri, Nuryanto juga menjual pupuk organik yang ia produksi. “Permintaan semakin banyak. Petani hortikultura di sekitar desa ini membeli pupuk organik dari saya, ini menjadi tambahan penghasilan,” tambahnya.

Di lahannya, Nuryanto juga menanam rumput gajah untuk pakan domba-dombanya. Ini menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu mencari rumput di tempat lain.

“Saya juga membuat fermentasi rumput gajah yang bisa tahan sampai tiga hari. Jadi, saya tidak perlu mengambil rumput setiap hari,” ungkapnya.

Setelah tiga tahun menerapkan sistem pertanian terpadu, Nuryanto mengakui lahannya semakin subur dan hasil panen lebih baik. “Beras saya lebih enak dan pulen,” ujarnya.

Bupati Ipuk berharap sistem ini dapat diterapkan pada kelompok tani di Banyuwangi. “Ini contoh penerapan konsep pertanian berkelanjutan. Pertanian terpadu terbukti menguntungkan karena semua proses saling terkait, baik tanaman pangan maupun peternakan. Semoga ilmunya bisa ditularkan ke petani sekitar,” kata Ipuk.

Menurut Ipuk, konsep pertanian terpadu lebih ramah lingkungan dan mampu menekan biaya produksi. Pemkab terus mendorong pertanian terpadu ini dengan memberikan pendampingan, transfer ilmu dan teknologi, serta bantuan peralatan seperti chopper rumput untuk pakan fermentasi.

Pemkab juga rutin memberikan bantuan pupuk organik cair (POC). Hingga saat ini, bantuan POC yang telah disalurkan mencapai 466.636 liter atau setara 83.524 hektar. (*)

iklan warung gazebo