Tidak hanya itu, untuk membuat transformasi industri pertambangan di kabupaten Situbondo konsep yang disampaikan H. Lilur tidaklah main-main, bahkan hingga jalur pengangkutan dan pemetaan pemasarannya juga dirinci secara jelas, termasuk di antaranya ingin membangun 6 pelabuhan sendiri untuk pengangkut hasil tambang meskipun di Situbondo memiliki beberapa titik pelabuhan, namun H. Lilur tidak ingin menggunakan itu karena melihat dampak baik buruknya.
“Selain itu dengan memanfaatkan pertambangan dengan baik, kita bisa terlibat dalam berbagai proyek pembangunan strategis nasional, seperti Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) yang melewati kabupaten Situbondo serta pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN),” ungkapnya.
Dalam sebuah pembangunan, kata H. Lilur sangat dibutuhkan bahan baku pasir dan batu, bahan baku itulah yang kabupaten Situbondo miliki secara berlimpah dimana di daerah lain tidak begitu banyak. “Jadi kita kelola pertambangan di kabupaten Situbondo, sehingga tidak ada penambang luar kota bisa ikut mengelola, dengan seperti itu BUMN maupun kontraktor Proyek strategis nasional tidak punya pilihan lain selain membeli bahan baku dari tambang milik penduduk atau warga Situbondo,” ungkapnya.
H. Lilur memastikan jika semua konsep tersebut akan mulai dilakukan pada tanggal 1 Juli 2024 mendatang, dengan ditandai dengan beroperasinya Tambang PT. Hajar Gunung Sampan di Desa Curahsuri, Kecamatan Jatibanteng, Kabupaten Situbondo.
“Per 1 Juli 2024 akan mulai direalisasikan, satu persatu tambang akan beroperasi, tahun ini target 50 tambang. Saya akan libatkan teman-teman wartawan nantinya sebagai humasnya, sehingga tidak ada kegaduhan dan semuanya transparan, Tambang Situbondo, untuk Kesejahteraan masyarakat Situbondo sendiri,” tegasnya.