
Meskipun ia masih memiliki dua kakak kandung, bernama Ramdani (30) dan Fitria (19) namun karena alasan sudah berkeluarga dan sibuk bekerja mereka hidup terpisah.
Sehingga hanya Arju seorang diri merawat bapaknya yang sudah tidak bisa berjalan dengan sempurna. Serta gerakan tangannya terbatas dan begitupun bicaranya.
“Saya berhenti sekolah sudah lama, sejak kelas 4 SD. Karena bapak sakit stroke dan tidak bisa jalan, jadi saya berhenti sekolah karena harus merawat setiap harinya di rumah,” ucap Arju di rumahnya, Rabu (3/4/2024).
Ia merupakan anak bungsu dari ketiga bersaudara. Namun demikian, saat bapaknya sakit, kedua saudara kandungnya jarang menjenguknya.
“Kakak saya Ramdani rumahnya di Gunung Raung, kalau Mbak Fitria tinggal ikut suaminya di Kepatihan (Kecamatan Kaliwates). Mereka datang kesini jarang, semuanya sibuk kerja. Mungkin ke sini sebentar, ngantar makanan dan cuma bersih-bersih,” ungkapnya.
Ditanya soal setiap harinya bagaimana Arju merawat bapaknya?
“Setiap hari saya melayani bapak, suapin bapak makan, cuci bajunya juga. Misal bapak mau eek (BAB), saya yang bantu menuntun jalannya. Karena kita tidak punya kamar mandi. Jadi Kalau eek di sana (sambil menunjuk ke lantai keramik bangunan yang ada disamping rumahnya dan sudah tidak layak),” jelasnya.
“Setelah eek nanti saya siram dengan air, yang saya minta di tetangga. Saya ambil airnya pakai timba dan dibawa ke rumah untuk kebutuhan sehari-hari,” imbuhnya dengan raut wajah sedih.
Arju mengaku tidak jijik saat harus membersihkan kotoran bapaknya. Arju merawat bapaknya seorang diri, sejak dua tahun lalu.
Setelah bapaknya benar-benar tidak bisa beraktifitas normal, karena sakit stroke yang semakin parah.
“Saya nggak jijik, kan bapak saya sendiri. Kasihan bapak. Saya juga sudah tidak sekolah. Kasihan bapak sendirian kalau saya sekolah. Saya sudah tidak punya ibu, meninggal tahun 2016 dulu,” ujarnya.
Arju juga menyampaikan, kalau nantinya bapaknya sembuh, ia ingin kembali meneruskan sekolahnya.
“Kalau bapak sembuh, saya ingin sekolah lagi,” tuturnya.
Terpisah, Purnomo Kasidi saat dikonfirmasi, mengaku sakit stroke dan susah berbicara. Setelah sebelumnya memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
“Sudah 2 tahunan saya seperti ini, katanya terlalu banyak makan ikan. Istri saya dulu juga sakit dan meninggal tahun 2016,” ucapnya.
Ditanya anak-anaknya, Purnomo mengaku, memiliki tiga orang anak.
“Anak pertama (tinggal) di Gunung Raung, yang kedua tinggal di (pusat kota) Jember.
Yang pertama dan kedua sudah menikah semuanya, tapi semuanya tidak ada perhatian sama sekali,” ungkapnya sembari menangis.
“Mereka tahu saya sakit, tapi karena keadaan saya seperti ini saya ditinggal. Tadi sempat jenguk terus pergi. Saya dulu kerjanya kuli pasir. Hanya Arju ini yang merawat dan tinggal sama saya,” sambungnya.
Terkait kondisi yang dialami Purnomo dan anak bungsunya Arju. Diketahui kelompok Relawan Mandiri Ben Seromben berusaha memberikan perhatian dan bantuan.
“Kami mendapat laporan ada bocah umur 13 tahun yang bertahun-tahun merawat bapaknya sakit stroke. Saat sampai di sini kami kaget, kondisinya memperihatinkan,” kata Ketua Relawan Mandiri Ben Seromben Maya Cendrawasih saat dikonfirmasi terpisah.
Dari informasi yang didapat tentang kondisi Arju dan bapaknya. Maya mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinkes, Dinsos, dan BPBD Jember.
“Kemarin dari Dinkes datang memeriksa kondisi kesehatan Pak Purnomo, kemudian dari Dinsos disampaikan sudah mendapat bantuan pemerintah dan juga sudah tercatat sebagai penerima bantuan BLT juga program lain dari pemerintah. Dari BPBD Jember juga memberikan bantuan,” ulasnya.
Terkait penanganan bantuan bagi anak dan bapak ini. Lebih lanjut akan dilakukan bedah rumah, dan juga terutama membantu Arju untuk dapat sekolah lagi. Juga memulihkan kondisi sakit bapaknya.
“Tapi itu semua proses, kami juga masih mencari donasi untuk bedah rumah, juga kebutuhan lain di luar yang dari bantuan pemerintah. Karena untuk penanganan tidak cukup hanya berupa uang, tapi bantuan lain untuk masa depan anak ini,” tandasnya.//////