Seruan Moral Unmuh Jember : Ini yang Harus Disuarakan Sebagai Bentuk Keprihatinan

by -956 Views
iklan aston

Jember, seblang.com – Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember juga ikut melakukan ‘Seruan Moral terhadap praktek penyimpangan demokrasi’.

Aksi tersebut diikuti oleh puluhan Guru Besar, Dosen, dan Mahasiswa Unmuh Jember.

iklan aston
iklan aston

Perwakilan Civitas Akademika Dr Wahju Dyah Laksmi Wardhani menyampaikan, pihaknya telah mencermati perpolitikan nasional beberapa waktu terakhir. Mengingat dan memperhatikan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

“Terdapatnya beberapa pelanggaran etika, yang itu tidak bagus ke depannya. Jadi ini merupakan salah satu bentuk dari kontrol sosisal, yang dilakukan oleh para akademisi. Dalam hal ini ada guru besar kami, ada dosen, dan mahasiswa,” ujar Wahju saat dikonfirmasi sejumlah wartawan usai seruan moral, Rabu (7/2/2024) siang.

Ia mengungkapkan, aksi ini merupakan bagian dari bentuk kekhawatiran dan kondisi yang dirasakan akhir-akhir menjelang pemilu 2024.

“Kita bisa mencermati bersama, mana yang kira-kira kita katakan sebagai bentuk pelanggaran. Karena itu sudah banyak beredar kok, di medsos juga ada. Jadi saya rasa kita sebagai warga yang cerdas, tentu bisa memahami yang benar dan tidak tepat,” ungkapnya.

“Kita berharap seruan-seruan yang sudah disuarakan oleh beberapa akademisi, mewakili bebrapa dari rekan-rekan kami. Saya rasa itu menjadi dasar dan kita mencermati bersama.

Pasalnya, kata Wahju, poin deklarasi menekankan kepada praktik demokrasi di Indonesia, lebih beradab dalam menyambut Pemilihan Umum 2024.

“Tentunya harus lebih cerdas dalam berdemokrasi dan tentu saja kita berharap kedepannya, tidak menjadi cacat celah bagi warga kita sekitarnya. Terutama bagi generasi kita,” katanya.

Sehingga, pihaknya merasa prihatin di beberapa lini, dan tingkatan yang menyimpang dari prinsip-prinsip moral, demokrasi, kerakyatan, serta keadialan sosial.

“Kami lebih melihatnya sebagai seruan moral sejalan dengan Amar Makruf Nahimungkar yang menjadi nilai-nilai kami,” ucapnya.

Lebih lanjut, terkait perbedaan-perbedaan pendapat yang ada perlu dihargai karena aksi ini melalui proses demokratis.

“Kami hanya melihatnya semacam bentuk keprihatinan, dan masyarakat kampus menyarakan sebagai bentuk bagian dari kontrol sosial. Yang mungkin bagi beberapa orang dianggapnya tidak tepat. Tetapi bagai kami ini adalah sesuatu yang harus disuarakan sebagai bentuk keprihatinan,” ulasnya.

“Tapi ada diantara kami yang merasa bahwa ada hal yang kurang tepat dalam proses penyelenggaraan demokrasi akhir-ini ini. Itu yang kami cermati bersama,” tandasnya./////

No More Posts Available.

No more pages to load.