Petani Millenial di Jember Kembangkan Edamame, Dalam Sebulan Bisa Raup Untung Puluhan Juta Rupiah

by -920 Views
iklan aston

Jember, seblang.com – Petani millenial Danu Wijaya (22) pria asal Kecamatan Mumbulsari, Jember memilih menekuni profesi petani edamame sejak tahun 2021.

Pria lulusan SMK Pertanian itu, mengaku meraup keuntungan kurang lebih  Rp 12 juta per bulan dari hasil panen pertanian edamame.

iklan aston
iklan aston

Danu Wijaya mengatakan, selama kurang lebih 3 tahun, ia mengaku banyak mendapatkan manfaat selama menjadi petani edamame.

“Sejak tahun 2021 sampai sekarang, kurang lebih 3 tahun saya sudah menjadi petani edamame. Dengan pengalaman saya sebagai karyawan kontrak, menjadi petani saya merasakan manfaat yang lebih,” ucap Danu saat dikonfirmasi di sela kegiatannya di lahan pertanian edamame di sekitar Kecamatan Jenggawah, Senin (22/1/2024).

Untuk proses panen edamame itu, kata Danu, setiap 3 bulan sekali. Sedangkan keuntungan dari hasil bertani tersebut, bisa mencapai kurang lebih Rp 40 juta dari 7 hektar lahan pertanian yang dikelola.

“Estimasinya per bulan kurang lebih saya dapat bersih Rp 12 juta. Untuk hasil pertanian (edamame) yang saya dapat, bisa mencapai 9-10 ton per hektar,” ujarnya.

Dari hasil bertani edamame itu, diakuinya tidaklah mudah. Dirinya harus belajar dan juga memahami penggunaan teknologi smartphone untuk memproses edamame.

Mulai dari pengelolaan  lahan, perawatan, sampai panen dan masuk ke pabrik. Karena proses budidaya tanaman edamame itu saat ini sudah menggunakan penerapan sistem digital.

“Saya didampingi oleh petugas lapangan Fiels Asisten (FA) dari perusahaan yang menerima hasil edamame saya. Sehingga hasilnya optimal dengan adanya sistem pertanian modern ini, saya menilai lebih menjanjikan,” ungkapnya

“Pilihan saya banting setir di dunia pertanian tidak salah sejak tahun 2021,” imbuhnya.

Terpisah, Field Asisten (FA) Winari Rafflestia Fitriani Millenia mengatakan, pihaknya sebagai petugas di lapangan memastikan hasil dan kualitas edamame. Sehingga yang diharapkan sesuai dengan standart untuk bisa dipasarkan secara luas di pangsa pasar internasional.

“Pengawasan yang kami lakukan itu dengan Teknologi di smartphone bernama SIGAP (Digital Transformation of Reporting). Dengan aplikasi ini, yang merecord (merekam) semua kegiatan kita di lahan,” ucap Winari.

“Secara sistem, dan nanti di kantor semua data itu dipakai untuk mengetahui sejauh mana progres dan kualitas dari edamame yang diproduksi di lapangan,” sambungnya.

Terkait sistem SIGAP itu, kata Winari, meliputi  dari umur tanaman, pengolahan tanah (lahan pertanian edamame), perawatan, sampai panen.

“Itu semua terdata secara sistem. Sejauh ini pemanfaatan sistem ini, optimal dan tanpa repot harus bawa alat tulis bolpoint atau kertas,” ungkapnya.

Winari menambahkan, Perusahaan PT. Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) yang mengawal pengembangan potensi budidaya tanaman edamame ini. Telah mengembangkan teknologi dan menggandeng potensi dari petani millenial untuk mau berkembang di dunia pertanian.

“Sehingga cukup dari aplikasi ini, kita bawa ke lahan. Mengajari para petani juga cukup mudah. Karena tidak sulit untuk penggunaan aplikasi tersebut. PT. GMIT ini, Perusahaan pangan berbasis agribisnis berkelas dunia yang meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan alam,” tutupnya.///////

No More Posts Available.

No more pages to load.