Banyuwangi, Seblang.com – Banyuwangi yang dikenal akan keberagaman tradisi dan kebudayaannya, memiliki cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni kirab Endog-endogan. Tradisi ini pun dilaksanakan oleh SMKN Ihya’Ulumudin Singojuruh Banyuwangi, Jumat (6/10/2023) siang.
Tiap tahun, para siswa dan siswi SMKN Ihya Ulumuddin menghias telur dengan indah dan menancapkannya pada batang pohon pisang yang dihias semenarik mungkin atau disebut Jodhang.
Kemudian, Jodhang diarak keliling kampung dengan diiringi musik rebana dan lantunan sholawat. Setelah pembacaan doa, telur-telur dicabut dan dibagikan kepada murid-murid dan masyarakat di sekitar Sekolah Ihya’Ulumudin.
Kepala sekolah SMKN Ihya’Ulumudin, Mohamad Maliki, S.Pd, berharap bahwa kegiatan ini tidak hanya sekedar menjadi peringatan Maulid Nabi, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan emosional antara siswa, guru, dan warga sekitar sekolah.
“Kita terus membangun harmonisasi antara siswa dan guru, bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Harus selalu ada rasa kepemilikan bersama,” tuturnya.
Dia berharap agar kegiatan semacam ini terus diadakan sebagai komitmen SMKN Ihya’Ulumudin Singojuruh dalam membangun hubungan harmonis di lingkungan sekolah.
“Meskipun sederhana, kegiatan ini memastikan kenyamanan siswa dan guru, baik selama proses belajar mengajar maupun dalam berbagai acara lainnya, terus terjaga dan saling mendukung,” harap Maliki.
Perlu diketahui, Tradisi Endog-endogan telah menjadi bagian dari Banyuwangi sejak tahun 1911, menurut catatan sejarah. Kisah lisan masyarakat mengatakan bahwa K.H. Abdullah Faqih, santri dari ulama terkenal Kyai Syaikhona Kholil, pertama kali mencetuskan tradisi ini. Kyai Syaikhona Kholil pernah mengibaratkan telur sebagai simbol penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa.
Kemudian, Abdullah Faqih mengumpulkan telur rebus, menghiasnya, dan menancapkannya pada batang pohon pisang yang disebut jodhang.
Awalnya, tradisi ini menggunakan telur bebek karena saat bertelur, bebek cenderung tenang dan diam, sehingga telurnya dimaknai sebagai perlambangan orang yang bersedekah secara diam-diam.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat menggantinya dengan telur ayam karena lebih mudah didapatkan. Telur dalam tradisi Endog-endogan juga memiliki arti khusus. Telur yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu kulit, putih telur, dan kuning telur, melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan. Sementara batang pohon pisang, yang dapat tumbuh kembali, memiliki makna pantang menyerah.