Melihat Harmonisasi Keberagaman Kehidupan Beragama di Banyuwangi Pastikan Berkunjung ke Antaboga

by -1823 Views
Girl in a jacket

Banyuwangi, seblang.com – Bagi pecinta wisata religi, Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan wisata religi yang banyak.

Ada Alas Purwo di wilayah Selatan, Telaga di Songgon ada Sumber Penawae di Kalipuro, ada Makam Kiai Saleh di Banyuwangi dan ada Beji Antaboga atau ada yang menyebut Anantaboga yang berada di dusun Gunungsari desa Sumbergondo kecamatan Glenmore Banyuwangi.

iklan aston

Salah satu destinasi wisata religi yang menjadi simbol harmonisasi kehidupan beragama di kota yang dikenal sebagai serpihan tanah surga di pulau Jawa. Lokasinya berada di rerimbunan hutan pinus yang teduh sejuk dan asri serta menyiratkan suasana damai siapapun yang datang dan berkunjung di lokasi tersebut.

Menurut salah seorang sesepuh di Antaboga, Mangku Gimin, sebagian besar masyarakat hanya mengetahui Antaboga atau Anataboga atau Anantaboga adalah seekor ular raksasa di mitologi Jawa & Bali. Ia diceritakan pada awal mitologi, pada penciptaan dunia.

Namun sejatinya memiliki makna dan arti yang mendalam, Onto bisa diartikan tirto atau sumber air, sedangkan boga bisa dimaknai makanan dan kebahagiaan. “ Sehingga disini adalah sumber-sumber kemakmuran dan sumber kebahagiaan kebahagiaan,” jelas Mangku Gimin.

Pria yang berusia lebih dari 70 tahun ini menuturkan sekitar tahun 1991, bersama dengan dua temanya mengadakan ritual di lokasi Antaboga menemukan tiga sumber mata air yang disebut Tri Murti ( tiga kekuatan) yang ada dalam diri setiap jiwa yang hidup didunia mengalami fase lahir hidup dan mati.

Pada sekitar tahun 2011 Mangku Gimin bersama beberapa sesepuh dan tokoh masyarakat yang lain sepakat membangun daerah tersebut sebagai tempat ibadah dengan membuat Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.

Dalam perkembangan Antaboga tumbuh dan berkembang menjadi destinasi wisata religi bahkan di lokasi seluas kurang lebih 3 hektar itu berdiri bangunan peribadatan dan simbol 6 agama yang ada di Indonesia, termasuk aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mulai dari Musala, Pura, patung Budha, patung Yesus dan Bunda Maria, Dewi Kwan Im hingga patung Ratu Pantai Selatan. Semua dibangun berdampingan rapi menjadi gambaran toleransi dan kerukunan umat beragama di Banyuwangi.

Mengku Gimin menambahkan tempat ini tidak pernah sepi pengunjung. Mereka yang datang membawa niat maksud dan tujuan yang beragam. Ada yang beribadah atau sekadar menenangkan diri menikmati sejuknya hawa hutan dan mendengar aliran mata air yang tak berhenti gemercik.

”Jadi disini jangan berpikiran sempit atau fanatik kepada agama tertentu. Disini tujuannya bebas dalam agama, dalam kerukunan dalam penegakan UUD dan Pancasila.,” tambahnya.

Dalam situasi tahun politik seperti saat tidak jarang politisi dari berbagai kabupaten/kota di Indonesia, termasuk politisi lokal Banyuwangi datang ke Antaboga untuk melakukan ritual, baik dengan membawa pendamping dari daerahnya maupun minta bantuan dan bantuan sesepuh yang ada di Antaboga..

Mereka datang untuk melakukan ritual dengan maksud dan tujuan masing-masing. Tetapi biasanya politisi atau calon kepala desa biasanya datang dan melaksanakan ritual sebelum proses pemilihan.

Lebih lanjut Mangu Gimin mengatakan para politisi yang datang berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Mulai dari wilayah Indonesia timur hingga Indonesia bagian barat pernah singgah di Antaboga.

“Ada yang dari Maluku bahkan dari Pulau Sumatra mereka datang ke Antaboga. Apalagi yang dari Bali itu ga bisa dihitung. Dari Banyuwangi apalagi, jelas banyak,” ujar Gimin.

Terkait tujuannya, Gimin mengaku mereka melakukan ritual berharap proses politik diberi kelancaran dan menang.”Ada banyak yang datang ritual ke Antaboga dan saat ini duduk menjadi pejabat di kota ini,” tegasnya.

Beji Antaboga memang bukan tempat wisata biasa. Tempat ini memang sakral. Antaboga dulunya hanya hutan dengan dianugerahi mata air yang melimpah. Sejak dari dulu tempat ini kerap dijadikan tempat melakukan sembahyang oleh umat Hindu dari Bali.

Antaboga dipercaya sebagai petilasan Rsi Markandeya, penyebar agama Hindu di Bali. Sebab, menurut Gimin, ada candi Gumuk Payung di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu. Menurut dia, umat Hindu meyakini Antaboga sebagai penglukatan.

Apabila ingin berwisata ke Beji Antaboga dapat ditempuh sepeda motor atau mobil sekitar dua jam perjalanan dari pusat Kota Banyuwangi. Lokasinya masuk kawasan pengelolaan KPH Banyuwangi Barat.

Pengunjung tidak dianjurkan membawa mobil setipe seda, jalan yang dilalui lumayan berat utamanya satu kilometer sebelum ke titik Beji Antaboga, wisatawan harus melaju perlahan karena melintasi jalanan makadam dengan bebatuan milik Perhutani./////

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.