Banyuwangi, seblang.com – Sebagai warga negara Indonesia, pertama tentu bersyukur dan bangga atas keberhasilan tim sepakbola Indonesia mampu menjadi juara sepakbola SEA Games setelah menunggu lebih dari 30 tahun.
Menurut Penasehat Paguyuban Supporter Laros Jenggirat (PSLJ) kabupaten Banyuwangi, Ahmad Mustain, gelar juara sepakbola SEA Games ke -32 di negara Kamboja tidaklah mudah. Hasil yang diraih merupakan buah kerukunan kekompakan dan kerjasama yang baik antar stake holder terkait.
“Kita diprovokasi difitnah bahkan diserang secara fisik, namun tetap sabar tegar dan selalu menjunjung tinggi sportifitas akhirnya merah putih meraih juara sepakbola di SEA Games Kamboja,” jelas Tain Laros pada wartawan media ini pada Kamis (18/05/2023).
Dia menuturkan secara pribadi dirinya angkat topi dengan spirit semangat juang dan ketegaran pemain, tim pelatih dan official serta pendamping tim sepakbola Indonesia dalam menyikapi intimidasi dan provokasi dari pihak lawan dalam setiap pertandingan.
Menurut Tain Laros, yang tidak kalah penting keberhasilan tim sepakbola Indonesia dalam SEA Games tim pelatih dan pemain semua pemain asli Indonesia sehingga cukup menjadikan kebanggaan (pride) dan bukti bahwa mutu dan kualitas pemain dan pelatih lokal tidak kalah dengan asing.
“Pada dasarnya pelatih/pemain asing maupun pelatih/pemain lokal memiliki teknik dasar ( basic skill) yang sama, pola/strategi tim sama. Yang membedakan faktor psikologisnya saja,” tambah mantan karyawan BRI Banyuwangi itu.
Pemain / pelatih asing merupakan mantan pemain kelas dunia dan lain sebagainya konsekwensinya biaya yang harus ditanggung oleh PSSI tentunya lebih besar, untuk gaji, hotel maupun tunjangan lainnya.
“Yang paling penting seorang pelatih harus mempunyai bakat melatih. Sehingga lebih baik pelatih lokal tetapi punya bakat melatih daripada pelatih asing punya tidak memiliki bakat dengan hasil belum jelas. Disisi lain PSSI harus mengeluarkan biaya yang lebih besar,” pungkas Tain Laros.////