Banyuwangi, seblang.com – M. Samsul Hadi, salah satu penerima manfaat Program BSPS (Batuan Stimulan Perumahan Swadaya) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Tahun Anggaran 2023, di Dusun Cempokosari, Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring, mengeluh.
Lantaran, bahan material yang ia terima diduga di mark up oleh oknum – oknum yang terlibat di program milik pemerintah pusat tersebut, lantaran di tabel penerimaan material dari toko material yang telah disurvei, harganya diduga selisih lebih mahal dari harga pasaran.
Bahkan sebagai Ketua Kelompok Penerima Bantuan (KPB) BSPS di Desa Sarimulyo, warga tak mampu yang saat ini tinggal di rumah tak layak huni, karena beberapa bulan lalu rumahnya ambruk tersebut tidak pernah diajak rembuk terkait harga material.
Malahan dia mengaku, diawal program sempat diajak ke sejumlah toko material oleh kepala desa setempat bersama oknum pendamping program BSPS. Setibanya di toko material dia hanya diam, dan tak diajak rembuk terkait harga material.
“Diawal memang saya diajak ke toko material. Namun terkait harganya, saya tidak tahu,” jelas Samsul Hadi, saat dikonfirmasi di gubuk bambunya, Senin (01/05/2023).
Samsul mengatakan, total nominal batuan BSPS yang didapatnya senilai Rp. 20 juta. Dana itu untuk pembelian bahan material total sejumlah Rp. 17,5 juta, untuk ongkos tukang senilai Rp. 2,5 juta.
Lebih rinci Samsul menjelaskan, harga batako per unit di tabel harga material yang ia terima dari Toko Kawan Dusun Sempu, Desa Sarimulyo, seharga Rp. 2,7 ribu. Jumlah batako keseluruhan yang ia terima sebanyak 600 buah, seharga Rp. 1,650.000,. Material pasir per 1 M³ tertulis Rp. 205 ribu, pasir yang ia dapat seluruhnya 6 M³ senilai Rp. 1.230.000,.
“Umumnya harga batako Rp. 2,3 ribu itu sudah kualitas bagus. Pasir per rit Rp. 900 ribu,” urainya.
Kayu rangka kuda – kuda ukuran 8/12 panjag 4 meter sejumlah 5 batang, harga per batang Rp. 150 ribu. Kayu reng ukuran 2/3 panjang 3 meter sebanyak 102 batang, per batang Rp. 6 ribu. Kayu usuk ukuran 4/6 panjang 4 meter sebanyak 65 batang, harga per batangnya Rp. 40 ribu.
“Jenis kayu atapnya seluruhnya kayu Bendo. Itu banyak yang bengkong,” keluhnya
Selain material tersebut dia juga menerima material semen sebanyak 27 sak isi 50 kilogram merek Bosowa, batu pecah 1/2, besi beton ukuran 8 milimeter sebanyak 27 lonjor, besi 10 milimeter sebanyak 35 lonjor.
Roster beton 8 buah, kusen jendela lengkap dengan daun jendela kayu ukuran 1.50 X 0.40 sebanyak 2 unit, kusen pintu kayu ukuran 2.00 X 0.8 lengkap dua unit, daun pintu ukuran 2.00 X 0.8 sebanyak dua unit, paku usuk, paku reng, dan bendrat.
“Seluruh harganya ada di tabel ini,” ungkapnya.
Samsul mengaku, dari batuan yang ia dapat terancam tidak rampung, lantaran keterbatasan anggaran. Sampai saat ini kontruksi batuan itu belum terpasang genting. Bahkan, dari keterbatasannya, awal program ia sempat mengundurkan diri jadi penerima batuan, namun tidak diperkenankan oleh kepala desa setempat.
“Saya ini orang tidak mampu. Rumah saya memang ambruk. Karena tak ada tempat berteduh lagi, kemudian saya nekat bangun rumah bambu ini untuk saya tinggali bersama istri, dan cucu saya. Jujur saya tak punya uang lagi untuk merampungkan bangunan rumah ini,” keluh Samsul Hadi.
Dikonfirmasi mengenai hal ini melalui WhatsApp, pendamping program BSPS Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring, masih belum menjawab.
Sementara, Kepala Desa Sarimulyo Didik Eko Andriyanto S.Pd., belum merespons, meski sudah berulangkali dikonfirmasi melalui sambungan WhatsApp. Bahkan, dikonfirmasi di kediamannya juga tidak pernah berada di tempat. //////