Agus menambahkan dalam pogram pengelolaan sampah yang dilakukan warga memilah sampah organik untuk budi daya magot. Satu kilogram magot bisa menghabiskan 2 – 5 kilogram sampah per hari. Sementara harga jual magot per kilonya Rp. 5.000,-.
Untuk pengelolaan dibuat dalam lingkungan Rukun Tetangga (RT) dengan harapan ke depan sampah dapur dari masing-masing rumah tangga penangananya selesai di lingkungan dan tidak sampai dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), tambahnya.
Sementara untuk sampah an organik dipilah lagi menjadi dua dimana untuk sampah plastik yang mempunyai nilai komersil akan dikumpulkan.” Setiap RT mempunyai kelompok-kelompok pengelola sampah yang hasil penjualanya bisa digunakan untuk kas RT maupun operasional kelompok tersebut atau mengadakan aksi sosial yang lain,” imbuh Agus.
Sedangkan sampah an organik yang tidak bisa diolah, lanjut Agus pihak kelurahan Bakungan akan berkolaborasi dengan SMK Negeri 1 Glagah untuk membuat alat incenerator sederhana untuk memusnahkan sampah an organik yang tidak bisa didaur ulang tanpa menimbulkan polusi udara maupun polusi air. “Jadi sampah benar-benar bisa dimusnahkan tanpa merusak lingkungan. Program baru tersebut kami monitor perkembangan setiap hari. Untuk sementara di RW 1 Lingkungan Krajan dan secara bertahap akan diterapkan pada seluruh Kelurahan Bakungan,” pungkas Agus.
Program penanganan dan pengelolaan sampah selain menggerakan masyarakat dan Pemerintah Kelurahan Bakungan, juga didukung oleh stake holder terkait mulai Puskesmas Paspan, Bhabinkamtibmas dan Bhabinsa, Penyuluh Pertanian, PKK, Kader Posyandu dan lain-lain. Dan kedepannya akan bekerjasama dan berkolaborasi dengan SMKN 1 Glagah.////