Inilah Cerita Dalam Penampilan Gandrung Sewu Tahun 2022

by -1430 Views
Wartawan: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono
Peserta Gandrung Sewu saat berfoto di Gapura Gesibu Blambangan. Foto : istimewa

Banyuwangi, seblang.com – Gelaran Gandrung Sewu yang pertama pasca melandainya wabah Pandemi Covid 19 di Pantai Marina Boom Banyuwangi terlaksana Sabtu (29/102022).

Pagelaran yang berjudul “Sumunare Telatah Belambangan “ atau (Kemilau Bumi Belambangan), menggambarkan upaya pemerintah bersama rakyat dalam menempuh jalan jauh untuk mewujudkan Banyuwangi semakin maju lebih baik dan semakin mewangi.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi melalui Kepala Bidang Kebudayaan Dewa Alit Budi Siswanto, penampilan ribuan penari Gandrung tersebut dalam adegan pertama yaitu prajurit membawa gunungan sebagai pembuka pertunjukan diikuti beberapa rakyat yang sedang menikmati kedamaian.

Perputaran roda kehidupan masyarakat Blambangan, bak menggelinding di atas badan jalan yang halus tanpa rintangan. Tanah subur dikelola dengan sabar menghasilkan kehidupan yang makmur. Gelombang laut menunjukkan ketenangan, mendebur pelan di pantai adalah gambaran terpenuhinya segala kebutuhan hidup masyarakat Blambangan dari hasil lautnya. Dewi Sekardadu Ikut Munncul (Bedayan)

Adegan berikutnya saat muncul Senopati Bajul Sengoro, sejak lama sudah mengincar pertumbuhan dan perkembangan Sang Putri Sekardadu. Semakin tumbuh remaja, gemulai tubuh dan kemolekan wajahnya semakin membuat Sang Senopati tergila-gila. Namun, harapan itu sangatlah tipis karena selama menjadi senopati, dirinya belum memiliki modal jasa dan karya untuk Blambangan, imbuhnya.

Selanjutnya alumni Fisip Universtas Jember itu menuturkan Senopati Bajul Sengoro merencanakan siasat rahasia. Atas keinginan yang membuncah hatinya, ia menggulirkan rencana yang dramatis. Senopati Bajul Sengoro berkeliling menyusuri batas-batas wilayah untuk melakukan penjagaan. Namun rencana itu memiliki tujuan menyimpang yang sempat dikuntit oleh Patih Arya Samboja

Kemudian dalam adegan selanjutnya kedhaton-Sekar Dadu dilanda penyakit. Tanpa kabar sebelumnya, bahkan isyarat lewat mimpi pun tak pernah terjadi. Namun, balak tiba- tiba saja melanda, bagai api melalap kayu kering, melumat daun-daun berguguran.

Angin sepoi-sepoi membawa anyir udara panas, bak kabut hitam menyelimuti seluruh Wilayah Blambangan. Pageblug melanda. warga berjatuhan, pagi sakit, sore tewas. malam terjangkit, paginya harus dikuburkan.Laporan masyarakat kepada kerajaan bahwa ada yang terkena wabah dan tanpa disadari Dewi Sekardadu juga terkena wabah

Warga tak bersalah bergelimpangan. seluruh unsur kehidupan bergejolak. Satu sama lain tak bisa saling mengurus, satu sama lain tak bisa saling bertemu. tak menunggu waktu lama, wabah penyakit yang tak diduga sebelumnya menelusup di ruang pribadi Putri Sekar Dadu. Istana pun goncang. semua sibuk dan kebingungan. Bahkan satu sama lain diantara punggawa istana saling tuding-saling tuduh dan saling menjatuhkan.

Kemudian Mas Karucil (Raden Kandabaya / Ki Gedhe Banyuwangi) bermeditasi dan mendapatkan wisik : dalam waktu yang tidak lama, datang seorang tokoh bak ndaru jatuh di pelataran Keraton Belambangan.

Apa yang melanda Bumi Blambangan bukanlah hal yang biasa. Tak bisa dihadapi dengan saling menuduh dan menyalahkan satu sama lain. Adalah Pangeran Karucil sang kakak Dewi Sekar Dadu melakukan ritual khusus sembari bertapa.

iklan warung gazebo