Mimpi-mimpi tersebut, imbuh Ipuk, sebagian menjadi pegangan Ipuk dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan soal kebudayaan. “Saya teringat betul pesan beliau untuk menjaga kebudayaan Banyuwangi di tengah gerusan dan gempuran budaya global. Ini terus menjadi concern kami dalam setiap mengambil keputusan,” ungkap Ipuk.
Hasnan Singodimayan merupakan sosok budayawan Banyuwangi yang malang melintang. Ia lahir pada 1930 di tengah kolonialisme masih bercokol di negeri ini. Proses kreatifnya dalam dunia seni semakin tumbuh seiring usianya.
Di tengah kariernya sebagai seorang wartawan dan kemudian mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sepanjang hidupnya ia dedikasikan untuk dunia sastra. Ia menghasilkan sejumlah buku dari proses kreatifnya tersebut. Di antaranya adalah novel Suluk Muktazilah, Kerudung Santet Gandrung, Niti Negara Bala Abangan dan kumpulan artikelnya dalam antologi Enam Mata Banyuwangi serta sederet karya tulis lainnya.
Jenazah Hasnan dikebumikan, Rabu (14/9/2022). Wakil Bupati Sugirah pun menyempatkan waktu khusus untuk hadir ke rumah almarhum. “Banyuwangi sangat kehilangan beliau. Karya-karya beliau sangat mewarnai perkembangan seni dan budaya Banyuwangi,” kata Sugirah.////