Namun, petani disana hanya menggunakan sebatas penggilingan padi dan dedak, dampaknya hasil kehalusan kurang baik serta dedak tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
“Kendala ini kami temukan di kalangan petani sana, khususnya Kalibaru dan sekitarnya,” ungkapnya.
Megandhi Gusti Wardana menyayangkan, jika dedak tidak dimanfaatkan kembali, padahal ini bisa jadi produk sampingan, seperti di negara tertentu ini di proses kembali untuk menghasilkan minyak dedak (rice bran).
Oleh sebab itu Tim pengabdian masyarakat Uniba, langsung turun gunung memberikan inovasi terbarukan berupa mesin pembuat minyak dari bahan dasar Bekatul (dedak). Langkah ini sebagai upaya alternatif bagi masyarakat pengguna minyak sawit.
“Bekatul halus kurang lebih satu kilogram kg bisa menghasilkan minyak bekatul kurang lebih 200-500 mililiter. Harga per satu liter dijual Rp 10 ribu. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk menaikkan nilai jual dari bekatul yang hanya dijual Rp 500 – 1000 rupiah per kilogramnya,” ujar Megandhi.
Sekadar diketahui, berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan pada 2020. Kabupaten Banyuwangi menghasilkan 794.114 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 498.307 ton beras. Adapun tingkat konsumsi beras sebesar 165.410 ton, Sedangkan pada 2020 terdapat surplus 332.895 ton beras. Memasuki masa Januari-Maret 2021, data Dinas Pertanian dan Pangan menyebutkan, produksi GKG Banyuwangi sebesar 158.892 ton atau setara 99.705 ton beras. Adapun tingkat konsumsi Januari-Maret 2021 sebesar 41.415 ton, sehingga terdapat surplus 58.290 ton beras./////