Dosen Uniba Berikan  Inovasi Alternatif Guna Peningkatan Pendapatan Petani di Banyuwangi

by -514 Views
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Kreativitas dilakukan oleh Akademisi Banyuwangi guna mengenalkan inovasi minyak bekatul menjadi jalan alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Salah satunya dilakukan oleh akademisi dari Universitas PGRI Banyuwangi (UNIBA). Melalui tim pengabdian masyarakat, para dosen Uniba membagikan sebuah terobosan inovasi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani.

iklan aston

Ketua tim pengabdian masyarakat Uniba, Megandhi Gusti Wardhana mengatakan inovasi ini muncul ketika Banyuwangi mempunyai status sebagai lumbung padi nasional yang mempunyai surplus beras 300 ribu ton per tahun.

“Sayangnya, hal itu belum ada dukungan dari manajemen teknologi guna untuk mengahasilkan pendapatan pertanian yang maksimal,”.

Menurutnya, ada area persawahan di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, sekitar 900.125 hektar yang diperuntukan bagi persawahan dan perkebunan.

Sedangkan, dari luas tersebut terdapat lahan milik kelompok petani padi mencapai hingga lima hektar dan menghasilkan 8 hingga 9 ton padi per hektar.

Namun, petani disana hanya menggunakan sebatas penggilingan padi dan dedak, dampaknya hasil kehalusan kurang baik serta dedak tidak dimanfaatkan dengan maksimal.

“Kendala ini kami temukan di kalangan petani sana, khususnya Kalibaru dan sekitarnya,” ungkapnya.

Megandhi Gusti Wardana menyayangkan, jika dedak  tidak dimanfaatkan kembali, padahal ini bisa jadi produk sampingan, seperti di negara tertentu ini di proses kembali untuk menghasilkan minyak dedak (rice bran).

Oleh sebab itu Tim pengabdian masyarakat Uniba, langsung turun gunung memberikan inovasi terbarukan berupa mesin pembuat minyak dari bahan dasar Bekatul (dedak). Langkah ini sebagai upaya alternatif bagi masyarakat pengguna minyak sawit.

“Bekatul halus kurang lebih satu kilogram kg bisa menghasilkan minyak bekatul kurang lebih 200-500 mililiter. Harga per satu liter dijual Rp 10 ribu. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk menaikkan nilai jual dari bekatul yang hanya dijual Rp 500 – 1000 rupiah per kilogramnya,” ujar Megandhi.

Sekadar diketahui, berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan pada 2020. Kabupaten Banyuwangi menghasilkan 794.114 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 498.307 ton beras. Adapun tingkat konsumsi beras sebesar 165.410 ton, Sedangkan pada 2020 terdapat surplus 332.895 ton beras. Memasuki masa Januari-Maret 2021, data Dinas Pertanian dan Pangan menyebutkan, produksi GKG Banyuwangi sebesar 158.892 ton atau setara 99.705 ton beras. Adapun tingkat konsumsi Januari-Maret 2021 sebesar 41.415 ton, sehingga terdapat surplus 58.290 ton beras./////

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.