Pebasket asal Jember itu menuturkan sanksi larangan bermain basket seumur hidup dari IBL tentunya sangat memberatkan bagi Yerikho. Namun hal tersebut merupakan konsekwensi dari regulasi yang dibuat oleh federasi basket Indonesia. Sehingga dia harus jalani.
Namun semua tidak tahu barangkali ke depan mungkin semuanya bisa berubah. Kasus tersebut bisa menjadi pelajaran bagi semua pebasket Indonesia yang lain untuk fokus bermain di lapangan. Sekali lagi apa yang terjadi menjadi pembelajaran bagi yang lain, imbuhnya.
Sementara Ahmad Mustain, Penasehat Penasehat Paguyuban Supporter Laros Jenggirat (PSJL) Banyuwangi mengungkapkan IBL yang merupakan opetator kompetisi liga bola basket profesional di Indonesia yang didirikan oleh Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) sejak tahun 2003 seharusnya apabila menemukan atlet nasional melakukan kesalahan harus melihat permasalahan secara utuh dalam menuntaskan persoalan, imbuhnya.
ā Yang bersangkutan dipanggil untuk dimintai keterangan yang sebenarnya dan dilakukan secara profesional dan terbuka/fair silahkan ambil keputusan dengan melibatkan pihak yang independen, profesional dan kredibel. Federasi memang harus tegas dan disiplin, namun tidak meninggalkan unsur pendidikan dan pembinaan terutama bagi pemain yang potensial,ā tambah mantan pemain Persewangi Yunior itu.
Sebagai mantan atlet dia bisa merasakan betapa sangat berat mendapatkan sanksi dari federasi. Sanksi untuk Yerikho sama dengan membunuh prestasi bukan hanya yang bersangkutan tetapi juga mungkin akan menimpa atlet-atlet basket yang lain.////