Banyuwangi, seblang.comĀ – Dari membaca dan mengikuti berita di media sosial kasusYerikho Christphor Tuasela yang sebenarnya menjadi korban dari para bandar judi ( pengaturan skore/Match Fixing).
Cuma sayangnya dia orang dalam ( pemain) yang ikut membantu pengaturan skor dan perannya cukup vital karena menjadi penghubung antar pemain yang mau diatur skornya. Bisa juga yang bersangkutan kejebak atau lagi apes karena sanksi larangan bermain basket seumur hidup untuk IBL saja tetapi untuk even Perbasi masih boleh. Keputusan tersebut justru bisa dinilai aneh dan kurang bijak.
Ungkapan tersebut disampaikan Yahya Umar, Netizen Banyuwangi Bersuara pada wartawan media ini Senin (25/07/2022).
Mengutip dari berbagai sumber perbuatan yang dilakuan Yerikho dinilai berat karena pertama dia diduga adalah aktor utama dalam pengaturan skore/Match Fixing bukan hanya pada waktu melawan Pacific Caesar Surabaya dari Bali itu.
āTetapi kalau mau adil dan bijaksana,Ā IBL harus mengusut tuntas kasus dengan melibatkan lembaga yang independen, profesional dan kredibel sehingga tidak hanya mengorbankan atlet tetapi juga mengungkap aktor intelektual dan semua pihak yang terlibat,ā jelas Yahya.
Selanjutnya mengutip di media sosial diaĀ menuturkanĀ sesuai peraturan IBL ketika ada hal seperti itu, mau terlibat langsung atau tidak, inisiator atau ikut-ikutan, bahasanya tetap terlibat. Ketika terlibat pasalnya sama yaitu larangan seumur hidup dan denda Rp 100 juta dan tidak ada toleransi untuk kasus ini, jelasnya.
Selanjutnya menyoal masalah banding, Junas menegaskan prinsipnya IBL terbuka selama pelaku bisa membuktikan ketidakterlibatannya dalam kasus match fixing.
Seperti diberitakan sebelumnya Yerikho Christphor Tuasela, mantanĀ Pacific Caesar Surabaya kepada wartawan media ini di GOR Sahabat Banyuwangi pada Jumat (22/07/2022) malam mengungkapkan soal sanksi larangan bermain seumur hidupĀ mengakui salah karena ada temannya yang mengajak tetapi secara pribadi tidak mau ikutan.