Tiga Siswa Terduga Pelaku Tindak Kekerasan Terhadap Juniornya di SMKN 1 Kalipuro Meminta Maaf

by -1042 Views
Foto : Ketiga siswa SMKN 1 Kalipuro terduga pelaku tindak kekerasan terhadap para juniornya. (ist)
Girl in a jacket

Banyuwangi, seblang.com – Tiga orang siswa terduga pelaku tindak kekerasan terhadap juniornya di SMKN 1 Kalipuro, mendatangi kediaman keluarga korban TG (16), Sabtu (29/1/2022).

Didampingi pihak sekolah dan masing-masing orang tuanya, para terduga pelaku berinisial AG, RGF, dan ASR meminta maaf kepada korban dan keluarganya. Pihak sekolah berharap kasus tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

“Kami dari pihak sekolah berusaha memediasikan para Taruna (pelaku dan korban) yang terlibat, dimana mereka semuanya adalah anak didik kami,” Kata Sulistyowati, Waka Humas SMKN 1 Kalipuro.

Foto : Para orang tua terduga pelaku dan pihak sekolah saat meminta maaf kepada keluarga korban. (ist)

Menurutnya, proses mediasi tersebut berjalan dengan lancar. Kedua belah pihak telah menulis surat pernyataan di atas materai sepakat untuk damai.

“Kami tidak ingin adanya kasus ini anak-anak kami harus keluar sekolah. Untuk itu, kami ingin permasalahan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” imbuhnya.

Sulistyowati pun meminta kepada korban TG untuk dapat masuk sekolah kembali seperti sedia kala.

Ratna, orang tua korban mengaku telah memaafkan para terduga pelaku. Namun, dia meminta kepada ketiganya untuk tidak mengulangi tindak kekerasan tersebut kepada para juniornya.

“Saya juga meminta pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan kepada para siswa agar hal serupa tak terulang,” kata Ratna.

Ratna mengungkapkan, awalnya dia merasa khawatir akan kondisi buah hatinya yang mengeluh sakit pasca kejadian, Selasa (25/1/2022) kemarin. Diapun membawa TG berobat di sebuah Klinik.

“Untuk rasa sakit di dada sudah berkurang. Tinggal di perutnya,” ujarnya.

Kendati demikian, Dedy, Paman korban mengungkapkan ketidakpuasannya. Pasalnya, Kepala Sekolah SMKN 1 Kalipuro tak ikut serta dalam proses mediasi tersebut.

“Kami menyayangkan Kepala Sekolah Tidak datang dalam kesempatan ini. Kami merasa disepelekan,”ujar Dedy.

Bagaimanapun juga, kata Dedy, ini tanggung jawab Kepala Sekolah lantaran peristiwa kekerasan tersebut terjadi di lingkungan sekolah karena diduga kurangnya pengawasan.

“Masak gara-gara hilang uang, Siswa senior menghajar juniornya. Padahal pelakunya belum tentu mereka. Beda halnya kalau basis yang terukur. Menurut saya kekerasan fisik kemarin itu sudah keterlaluan,” pungkas Dedy.

Diberitakan sebelumnya, gegara adanya laporan kehilangan uang, seluruh satu angkatan siswa kelas X di salah satu sekolah kejujuran pelayaran Banyuwangi diduga mendapat siksaan fisik dari para seniornya. Akibatnya, salah satu korban mengalami luka-luka dan trauma.

Hal tersebut diungkapkan TG (16) salah satu korban. Ia mengaku mendapat siksaan fisik bertubi-tubi oleh seniornya yang merupakan siswa kelas XII pada hari, Selasa (25/1/2022) kemarin.

“Saat itu ada laporan yang kehilangan uang. Untuk mencari pelakunya, saya dan teman seangkatan dijemur dan disiksa agar ada yang mengaku,” kata TG kepada wartawan, Kamis (27/1/2022).

Siksaan tersebut menjadi-jadi ketika para siswa sekolah pelayaran tersebut tidak ada yang mengaku. Mereka dipaksa buka baju bertelanjang dada dan dijemur ditengah teriknya matahari sekitar pukul 13.00 – 16.00 WIB. Bahkan, mereka dipukuli, ditendang dan disabet dengan paralon.

“Saat itu saya disuruh push up ditengah teriknya matahari di lapangan paving. Tangan saya sampai melepuh. Karena saya tidak kuat, saya ditendang. Bahkan, kami disuruh menutup mata dan tiba-tiba dipukul di bagian dada,” ungkap TG sembari menunjukkan lukanya.

Akibatnya, TG ini merasa takut untuk bersekolah lantaran siksaan fisik yang diterimanya terasa berlebihan. Ia pun enggan masuk sekolah karena ada ancaman dari para seniornya. Jika tidak masuk sekolah pasca kejadian, maka ia akan dihajar lebih berat.

“Saya tidak nyaman untuk bersekolah. Saya takut disiksa lagi karena dada saya masih sakit setelah dipukuli. Apalagi sudah diancam akan disiksa lebih berat jika tidak masuk sekolah,” ujarnya.

Sementara itu, kasus penganiayaan yang menimpa siswa SMK pelayaran tersebut mendapat perhatian serius Sekjen Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC – PPA) Banyuwangi, Veri Kurniawan.

“Tindakan senioritas, perpeloncoan dengan kekerasan fisik sudah tidak jamannya lagi. Perbuatan itu tidak dibenarkan,” kata Veri.

Menurutnya, pihak sekolah harus bertanggung jawab. Pasalnya, kejadian tersebut berlangsung di kawasan sekolahan. Selain itu, pelakunya diduga para senior korban yang tak lain siswa di SMK pelayaran tersebut.

Untuk itu, TRC PPA Banyuwangi bersama orang tua TG membuat aduan terkait dugaan tindakan kekerasan fisik tersebut ke Polresta Banyuwangi.

“Mengingat yang melakukan kekerasan juga masih anak dibawah umur, pihak sekolah harus bertanggung jawab sepenuhnya akan persoalan ini. Karena tidak ada pengawasan. Harapannya, kejadian serupa tidak terjadi lagi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.