Perangi Dugaan Suap Dalam Kompetisi Sepakbola Nasional Bersihkan Dahulu Kepengurusan PSSI

by -627 Views
Writer: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono
Ahmad Mustain, penasehat Paguyuban Supporter Laros Jenggirat (PSLJ) Banyuwangi (nurhadi/seblang.com)

Banyuwangi, seblang.com – Rumor dugaan suap menyuap dan pengaturan skore (Match Fixing)serta carut marut kondisi sepakbola nasional dalam beberapa tahun terakhir digambarkan ranting dan daun yang jatuh dari batang pohonya. Sehingga selesai dibersihkan akan muncul lagi kotoran yang sama.

Menurut Ahmad Mustain, penasehat Paguyuban Supporter Laros Jenggirat (PSLJ) Banyuwangi apabila PSSI ingin membenah sepakbola di Indonesia harus dimulai dari internal kepengurusan sendiri.

“Kalau pengurus PSSI merasa sayang dan mencintai sepakbola nasional sebaiknya pengurus yang lama mengundurkan diri karena mereka gagal dalam membangun dan meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia,” jelas pria yang akrab disapa Tain Laros itu.

Dia mencontohkan persyaratan sebuah klub untuk mengikuti kompetisi ada lima kriteria AFC, yiatu;  aspek legal, finansial, infrastruktur, personel, dan sporting. Klub yang nilainya tinggi akan berada di atas dan seterusnya hingga klub paling bawah dengan nilai paling rendah. Jika jumlah klub yang lolos banyak, maka akan dibagi menjadi kasta tertinggi dan kasta nomor dua.

“Dalam kenyataan lima kriteria tersebut banyak yang dilanggar sehingga kompetisi sepakbola di Indonesia selalu menciptakan masalah yang tidak pernah tuntas. Meskipun lima kriteria tersebut dipenuhi PSSI seharusnya mewajibkan klub untuk menuntaskan tanggungan pemain, pelatih dan lain-lain yang belum  terbayarkan dalam kompetisi sebelumnya,”jelas Tain.

Imbas dari permasalahan yang terjadi dalam kompetisi ada dugaan mafia yang mengatur pertandingan yang ujung-ujungnya hanya mampu mengungkap kasus dengan mengorbankan pelatih, pemain dan wasit tanpa pernah mampu menyentuh aktor intelektualnya, imbuhnya.

Untuk Persewangi Banyuwangi sendiri, menurut dia pada dasarnya memiliki sejarah panjang dan merupakan milik publik mulai dari ISBIS sampai muncul nama Persewangi membutuhkan dana yang tidak sedikit dan dibiayai APBD bertahun-tahun.

Namun dengan alasan regulasi begitu mudahnya PSSI mengesahkan nama Persewangi Banyuwangi diklaim oleh sekelompok orang yang menjadi pengurus dan mendirikan Perseroan Terbatas (PT) yang jauh dari kriteria AFC, imbuh Tain.

”Dampaknya publik bola Banyuwangi kehilangan kepercayaan kepada pengurus dan dalam setiap mengikuti kompetisi cenderung masalah yang tidak pernah tuntas,”tambah mantan pemain Persewangi itu. //

iklan warung gazebo