Menjaga dan Melestarikan Kain Kebaya Sebagai Warisan Bangsa dalam Masyarakat Global

by -820 Views
Writer: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono
Demo rias pengantin Blambangan Mupus Braen rangkaian acara Festival Kebaya Tahun 2021 di Disbudpar Banyuwangi (foto: Nurhadi/seblang.com)

Banyuwangi, seblang.com – Indonesia dikenal dunia memiliki aneka macam kekayaan yang melimpah. Salah satunya kain kebaya pakaian tradisional masyarakat Jawa yang memiliki filosofi yang luhur.

Menurut Sukanti Swastikawati.SH.MM, Ketua Komunitas Kain Kebaya Indonesia (KKI) Kabupaten Banyuwangi semua orang kalau memakai kebaya otomatis pada saat memakai kain jarit yang dibentuk agak sempit sehingga kayaknya mengganggu pada saat berjalan. Yang terkadang biasa sedikit berlari pasti menjadi lembut. Filosofi yang terkandung didalamnya adalah penggambaran perempuan adalah orang yang berjiwa besar tetapi hatinya lembut

Menurut mantan kepala shaybandar itu, KKI dibentuk sekitar tahun 2020 sehingga baru sekitar satu tahun. Ketua umum tingkat pusat dijabat Dokter Erna Setyaningrum. ”Saya sendiri sebetulnya merangkap saya sebagai wakil ketua KKI sekaligus sebagai ketua KKI Banyuwangi. Karena baru berdiri jadi kita masih merintis sementara belum dipercayakan kepada orang lain. Mungkin selanjutnya kalau sudah jalan bagus yang ketua Banyuwanginya mungkin saya lepas,” jelasnya.

Untuk menunjukan eksistensi organisasi ini, lanjut Bu Kanti,antara lain dengan menggelar Festival Kebaya yang didalamnya ada rangkaian acara pagelaran musik keroncong,  mengadakan demo rias pengantin Blambangan dengan judul Mupus Braen yang diikuti oleh ibu dari berapa PKK Kecamatan Banyuwangi.

“Dengan demo rias yang digelar misinya di Komunitas Kain dan Kebaya Indonesia  yang pertama adalah misi sosial. Kemudian ada program pendidikan dan pelatihan selalu mengutamakan misi sosial,”jelas Bu Kanti.

Bahkan untuk pemberian sembako KKI sudah sering menggelar program bantuan mulai dari terjadinya puting beliung yang mengakibatkan beberapa rumah warga yang roboh. Selanjutnya memberikan santunan sembako dan uang bagi para tukang becak. Tentunya juga  diberikan bagi anak-anak yatim itu secara bergiliran, imbuh Kanti.

Bu Kanti menambahkan tidak jarang dia bersama dengan pengurus KKI yang lain secara bergantian mengisi materi tentang personality development kepribadian, beauty class termasuk fashion show yang melibatkan para siswa-siswi Dirgantara aviation yang kebetulan berada di depannya Polresta Banyuwangi.

Rangkaian festival kebaya juga diisi dengan musik etnik yang baru saja menang di tingkat Jawa Timur kolaborasi antara musik dengan suling bambu gitu digabung. Sebelumnya ada pagelaran musik apa musik tradisional karawitan dan tarian Jawa yang pemainnya adalah para ibu.

Panitia pelaksana juga tidak lupa menampilkan tari Banyuwangi sebagai pembuka juga yang memainkan atau panjaknya semua anak-anak muda kebaya Indonesia milenial.

“Pada prinsipnya kami ini tampil kepingin pertama membangkitkan perekonomian setelah adanya dampak Covid 19. Kedua kami ingin masyarakat Banyuwangi khususnya  yang milenial semua mencintai kebaya busana tradisional yang merupakan warisan leluhur dan memiliki nilai filosofi yang luhur,” pungkas Bu Kanti. //

iklan warung gazebo