Wisata Ke Banyuwangi Rugi Bila Belum Mencicipi Tahu Jenggirat Tangi

by -675 Views
Konsumen yang rela antri membeli Tahu Jenggirat Tangi yang membuka Outlet di jalan Adi Sucipto Banyuwangi
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai salah satu surga wisata bagi masyarakat  nusantara maupun wisatawan mancanegara karena kekayaan sumber daya alam (SDA) dan kekayaan tradisi, adat istiadat dan seni budaya yang lengkap.

Keindahan lingkungan alam yang lengkap mulai pantai, gunung dan aneka macam destinasi wisata yang ada dan siap memanjakan pendatang yang datang dan berkunjung ke kota yang dikenal dengan The Sunrise Of Java.

iklan aston

Di samping dikenal dengan keindahan dan kekayaan beragam seni budaya, Banyuwangi juga dikenal dengan aneka macam kuliner yang lezat dan nikmat yang siap memanjakan selera pecinta kuliner mulai dari Sego Tempong, Rujak Soto, Ayam Kesrut, Pecel Pitik dan bermacam minuman dan jajanan khas Osing yang lain.

Salah satu kuliner di Banyuwangi yang wajib didatangi dan belum lengkap apabila belum mencicipi dan menikmati  “Tahu Jenggirat Tangi”, usaha milik pasangan Abdurrahman- Dahlia Wulandari yang dan membuka outlet di pertokoan Jalan Adi Sucipto no 55 kelurahan Sobo Banyuwangi yang saat ini memasuki  tahun ke 7.

“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pelanggan setia atas dukungan suport dan kepercayaaanya menikmati produk kami. Alhamdulillah sekarang tahu jenggirat tangi sering dibawa keluar kota sebagai salahsatu oleh-oleh khas dari Banyuwangi,”ujar Abdurrahman.

Menurut pria kelahiran Lamongan itu saat ini outletnya menyediakan varian menu  yang memanjakan pecinta makanan pedhas antara lain; Tahu Jenggirat Tangi (TJT), Tahu walek Dahlia Jaya  yang terbuat dari daging pilihan, Tahu Jenggirat sambal matah, Tahu Jenggirat sambal ijo, Tahu Bakso daging sapi super dan Tahu kiss serta aneka minuman segar.

Alumni Pondok Pesantren Wali Barokah binaan LDII Kediri itu menuturkan salah satu kunci sukses usahanya adalah selalu mengutamakan birul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu minta ridlonya.

”Bagi kaum milenial yang baru mau memulai usaha atau yang sudah mempunyai rintisan usaha teruslah berjuang, fokus, ulet, kerjo mempeng tirakat banter dan selalu berfikir positif (postive thingking),”imbuhnya.

Usahawan muda yang tinggal Jl. Ikan Arwana no 49 kelurahan Kertosari Banyuwangi lebih lanjut menceritakan sejarah perjalanan dalam menekuni usahanya. Pada awal berwirausaha yang dirintis akhir thun 2013 yang kebetulan waktu itu ada produk jajanan kering oleh-oleh khas Banyuwangi seperti;  bagiak, sale pisang, biji klentang dan lain sebagainya.

Pada masa dia bersama beberapa pengusaha muda menjadi binaan Dinas Perindustrian dan Peradagangan (Disperindag) kabupaten Banyuwangi. Sehingga setiap ada acara hari-hari besar nasional termasuk Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba)  diundang untuk mengisi stand pameran yang disiapkan oleh panitia.

“Pada saat itu kami mengalami kebangkrutan dan sudah tidak mampu memproduksi jajanan. Namun  Disperindag masih tetap memberi stand pameran sehingga kami sempat kebingungan karena sudah tidak  memproduksi jajanan lagi,” jelas Abdurrahman.

Akhirnya, setelah berembuk dengan istri tercinta mencari cara agar mampu mengisi dan memanfaatkan stand pameran maka tercetuslah ide untuk membikin tahu pedas. Kemudian malamnya bermusyawrah untuk memilih nama. Dan sepakat menentukan nama “Tahu Jenggirat Tangi,” dengan harapan mampu jenggirat atau bangkit dari kebangkrutan dan keterpurukan,” tambahnya.

Suami Dahlia merasa bersyukur pada saat hari pertama menjual produknya di stand pameran waktu itu ternyata laku keras. Bahkan setelah pameran selama 7 hari pameran dan selesai ternyata banyak konsumen yang menanyakan dimana membuka usaha Tahu Jenggirat Tanginya.

Menyadari adanya kesempatan dan peluang usaha yang terbuka, Abdurrahman bersama istri berjualan tahu jenggirat dengan menggunakan rombong atau gerobak yang desain dan dibuat sendiri selama sekitar satu bulan.

”Kami membikin gerobak sendiri karena memang tidak ada modal uang. Jadi ketika punya uang Rp. 50 ribu beli kayu, seminggu berikutnya dapat lagi Rp. 50 ribu  beli  triplek dan lain-lain. Hal tersebut berjalan sekitar  satu bulan,” jelas Abdurrahman mengenang awal usahanya.

Sedangkan lokasi awal membuka usaha hanya dengan menggunakan peralatan seadanya yaitu meja, tempeh dan penggorengan  di trotoar pinggir jalan Dr. Soetomo Banyuwangi pada sore sampai dengan malam hari.

Setelah berjualan sekitar 3 bulan, pemerintah kabupaten (Pemkab) Banyuwangi membuat kebijakan  pengalihan jalan satu arah dan membuat aturan sepajang ruas jalan tersebut harus bersih dari Pedagang Kaki Lima (PKL) seperti usaha yang dijalani.

Akhirnya mau tidak mau dia harus pergi dari lokasi tersebut dan mencari tempat sewa untuk berjualan selama 6 bulan baru bisa dan  ketemu stand disewakan di jl. Achmad Yani tepatnya disebelah utara kantor Pengadilan Agama (PA) Banyuwangi atau selatan kantor Pemkab Banyuwangi.

Sampai akhirnya kantor Pengadilan Agama (PA) Banyuwangi pindah ketempat yang baru di Jalan Jaksgung Soeprapto Banyuwangi yang secara tidak langsung berdampak pada usaha Tahu Jenggirat Tangi miliknya.

“Alhamdulillah usaha kami berjalan sampai 6 tahun dan saat ini  membuka outlet yang representatif di pertokoan Jalan Adi Sucipto no 55 kelurahan Sobo Banyuwangi,”pungkas Abdurrahman.

Wartawan : Nurhadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.