Banyuwangi, seblang.com – Para aktivis relawan tolak politik dinasti yang tergabung didalam Gerakan Rakyat Banyuwangi Bersatu (GARABB) dan Gelombang Milenial Nusantara (GAMAN) melakukan acara deklarasi pertanyaan sikap dan teatrikal.
Deklarasi ini dilakukan pada hari terakhir pendaftaran paslon cabup dan cawabup Banyuwangi bertempat di roomhal sekretariat Tolak Poltik Dinasti di Banjarsari, Glagah, Banyuwangi, Minggu (06/09/20).
“Alhamdulillah, hari ini kami GARABB dapat berkumpul disini untuk melakukan pernyataan sikap terkait rencana paslon cabup dan cawabup ipuk-sugirah dan Yusuf-Riza yang mendaftar di KPUD. Ini bagi kami bukan masalah kita dukung Ipuk-sugirah atau Yusuf-Riza,” Kata Bibit koordinator GARABB wilayah selatan.
“Rencananya, acara tersebut seyogyanya kami adakan didepan KPUD, melibatkan semua relawan yang jumlahnya ribuan. Namun karena kita mentaati protokol kesehatan maka acaranya kita ubah,” katanya.
Dalam acara yang dibuat secara sederhana itu, ada beberapa poin yang disepakati bersama sebagai komitmen relawan tolak politik dinasti mengawal proses demokrasi yang teracam mati. Mati karena adanya dinasti maupun oligarki.
Saya bagian dari putra putri banyuwangi yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Banyuwangi Bersatu (GARABB) dan Gelombang Millenial Nusantara (GAMAN) Menolak dan Akan Melawan.
1. Segala jenis praktek politik dinasti, oligari, nepotisme maupun sejenisnya.
2. Matinya demokrasi adalah bentuk kegagalan regenerasi kepemimpinan baik di tingkatan nasional maupun daerah serta kaderisasi partai partai politik.
3. kami segenap masyarakat yang tergabung di GARABB dan GAMAN tidak berafiliansi dengan partai politik maupun pasangan calon bupati dan wakil bupati manapun.
Acara tersebut dilanjutkan dengan aksi teatrikal pembakaran keranda yang bertuliskan matinya Demokrasi dan oligarki pilkada.
Bibit menambahkan, kalau dirinya dan relawan yang lain tidak diperintah maupun diarahkan oleh siapapun atau pihak manapun.
“Sesuai isi pernyataan sikap tersebut kami tidak dibawah naungan siapapun maupun terikat oleh siapapun. Aksi kami pada hari sesuai dengan komitmen dan idealisme kami yang ingin agar proses demokrasi dibanyuwangi tidak dikebiri maupun mati suri,” ujarnya.
Sementara itu Kordinator GAMAN mengatakan, pembakaran keranda ini menggambarkan situasi matinya Demokrasi di bumi blambangan. Ia berharap nantinya proses demokrasi di tanah kelahirannya tidak seperti ini.
“Kita tau bahwa pencalonan Ipuk – Sugirah dan Yusuf – Riza ini menunjukkan lemahnya Demokrasi di Banyuwangi. Pasalnya kudua calon merupakan muka-muka lama yang mana Bu ipuk ketua PKK (Istri Bupati Anas) dan pak Yusuf wakil bupati mendampingi bupati anas. Intinya ini pilkada oligarki.” Ungkapnya
Bondan Madani juga menegaskan bahwa dirinya belum menentukan pilihan akan memberikan dukungan kepada siapa. Bukan berarti tidak memberikan dukungan kepada siapapun (GOLPUT)
“Realita politik Banyuwangi seperti ini, banyak masyarakat dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Jika kita memilih atau mendukung Ipuk-Sugirah berarti mendukung politik dinasti, jika kita sebaliknya mendukung atau memilih (Yusuf-Riza) berarti mendukung dinasti politik. Sedangkan jika tidak memilih menunjukkan kurang dewasanya dalam berdemokrasi serta kemunduran dalam berdemokrasi,” imbuhnya.
“Untuk masalah dukung-mendukung kita masih melihat visi dan misi kedua paslon, kita harus tahu Banyuwangi kedepan mau bawa kemana.
Dan dirinya tidak mengintruksikan kepada anggotanya untuk condong kepada Paslon yang mana (sesuai pemikiran dan nuraninya masing-masing). Ucapnya.
Namun kepada media dirinya memberikan pernyataan keras akan mendukung Paslon yang tidak ada hubungan sedarah atau serumah dengan bupati terdahulu namun belum tentu juga dirinya mendukung Yusuf-Riza.
Selanjutnya acara tersebut ditutup dengan pembacaan doa dengan harapan agar masyarakat dapat memilah dan memilih calon pemimpin yang terbaik diantara kedua paslon tersebut. Serta kedepannya demokrasi Dibanyuwangi tidak mati seperti saat ini. (*)