Banyuwangi, Seblang.com – Pelaksanaan ritual adat Tari Seblang desa Olehsari kecamatan Gagah Banyuwangi pada bulan syawal tahun ini yang masih berada dalam suasana pendemi Covid 19 bisa diikuti dan disaksikan langsung oleh masyarakat luas secara virtual melalui chanel Banyuwangi Tourism.
Menurut Joko Mukhlis, Kepala Desa (Kades) Olehsari sama dengan tahun sebelumnya, gelaran tarian mistis yang diyakini masyarakat setempat sebagai wahana mengusir tolak balak penari seblang akan tampil di pentas namun wajib disiplin mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah .
Bahkan peserta yang dalam ritual tersebut dibatasi sekitar 35 orang-orang adat yang biasa terlibat dalam gelaran acara adat yang setiap tahun digelar oleh warga masyarakat desa Olehsari bulan syawal atau Hari Raya Idul Fitri mulai pada hari ke 5 atau 7 selama sepekan.
“Sesuai dengan kesepakatan para sesepuh dan tokoh adat, pada tahun ini penari ritual adat Seblang Olehsari akan tampil di pentas. Berbeda dengan tahun lalu ritual adat dilaksanakan secara khitmad namun hanya wajib-wajibnya saja,”imbuh ayah dua anak itu.
Alumni SMA Katolik Hikmah Mandala Banyuwangi itu menuturkan padasarnya pemerintah desa Olehsari mendukung upaya warga masyarakat dalam menjaga memelihara dan melestarian warisan budaya bangsa yang adi luhung.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur, lanjut dia dengan menggelar ritual adat Tari Seblang Olehsari pihaknya berharap pandemi Covid 19 di Banyuwangi dan dunia pada umumnya segera berakhir agar masyarakat bisa hidup dengan aman nyaman dan sejahtera.
Sekedar informasi seperti yang dimuat dalam website Pemkab Banyuwangi, dalam gelaran Ritual Seblang Olehsari tahun lalu, Ketua adat Desa Olehsari Ansori (53) mengatakan Ritual Seblang diawali dengan selamatan di empat titik, dua di antaranya makam sesepuh desa setempat, Ki Buyut Ketut dan Ki Buyut Cili. Ritual Puncak adalah menggiring penari ke arena pementasan tari Seblang yang berada di pusat desa.
Dengan alunan gamelan khas, penari menari berkeliling arena berbentuk bulat. Dua orang pengiring yang setia ikut mendampingi penari. Selama menari, puluhan gending khusus berbahasa Osing dilantunkan oleh para ibu-ibu. “Ini sudah tradisi turun-temurun. Konon sudah dimulai sejak tahun 1930-an,” kata Ansori.
Ansori menjelaskan, Seblang berarti menghilangkan pengaruh buruk. Karena itu gaya tarian ini membuang tangan ke kanan atau ke kiri. “Seblang ini kalau ikut bahasa Osing singkatan dari Sebele Ilang (sialnya hilang -red). Jadi, biar semua hal yang tidak menyenangkan seperti penyakit dan bala-bala lain yang tidak menyenangkan ini hilang, dan berharap kemakmuran,” ujar Ansori.
Dalam akhir setiap pementasan tarian Seblang, sang penari akan membagikan bunga yang ditancapkan pada lidi yang biasa disebut dengan Kembang Dermo, yang konon bisa mendatangkan kemakmuran. Di hari terakhir, Ritual Adat Seblang akan ditutup dengan prosesi Ider Bumi dan bersih desa.
Wartawan: Nurhadi