Lumajang, seblang.com – Di awal bulan suci Ramadan, harga gas elpiji 3 kilogram sempat melambung dan agak sulit didapatkan, Unit Manager Communication & CSR Marketing Region Jatimbalinus PT Pertamina Sub Holding Commercial & Trading, Deden Mochammad Idhani, kepada awak media menyatakan bahwa Harga Eceran Tertinggi (HET) yang menjadi acuan di lembaga penyalur resmi paling akhir, yang diberlakukan sesuai dengan Pergub Jatim adalah Rp 16 ribu per tabung.
“Jika ditemui ada pangkalan resmi yang menjual di atas harga HET masyarakat dapat melaporkan ke Pertamina Call Center 135, untuk kami tindaklanjuti dan penerapan sanksi bertahap apabila terbukti,” jelasnya kepada media ini.
Pengawasan terhadap HET diluar lembaga penyalur resmi Pertamina, kata Deden, merupakan tanggung jawab bersama berbagai pihak, lintas instansi mulai dari dinas terkait hingga Aparat Penegak Hukum (APH).
“Mohon dipastikan masyarakat kesulitan memperoleh LPG 3 Kg bersubsidi di pengecer atau di pangkalan, jika masyarakat mengalami kesulitan memperoleh LPG 3 kg bersubsidi di pangkalan juga dapat menghubungi ke nomor 135 dengan menyebutkan wilayah yang sulit didapat agar dapat diarahkan ke pangkalan alternatif yang terdekat,” tambahnya.
Semenjak bulan April 2021, diterangkan pula oleh Deden bahwa penambahan fakultatif untuk LPG 3 kg bersubsidi di Kabupaten Lumajang sudah dilakukan, dari 32.100 tabung per hari, bertambah 13 persen menjadi 36.400 tabung per hari. Dengan penambahan fakultatif seperti ini diharapkan dapat memenuhi lonjakan kebutuhan LPG di masyarakat selama bulan Puasa Ramadan dan Idul Fitri.
“Untuk Kabupaten Lumajang hingga saat ini sudah terdapat 573 pangkalan resmi LPG 3 kg bersubsidi Pertamina. Sementara di Kecamatan Gucialit sendiri terdapat 10 pangkalan resmi Pertamina yang melayani kebutuhan LPG untuk 9 desa,” imbuhnya.
Pertamina menghimbau kepada masyarakat untuk dapat membeli LPG 3 kg bersubsidi langsung di pangkalan resmi, agar tetap dapat memperoleh LPG dengan harga sesuai HET. Upaya ini juga mengurangi kesempatan spekulan atau pengecer yang menjadikan kelangkaan sebagai alasan untuk menaikkan harga di atas HET.
Sebelumnya, dari pantauan awak media, ada keluhan di Desa Tunjung, Kecamatan Gucialit, Lumajang mengalami kenaikan hingga Rp 26 ribu per tabungnya.
Selain harga yang mahal, menurut penuturan sejumlah warga setempat, mengaku kesulitan mendapat tabung melon tersebut.
Semisal, kata Hari (32), warga setempat yang sempat mengeluhkan sulitnya mendapat gas melon di wilayahnya. Bukan hanya di tingkat pengecer gas, ditingkat agen juga sangat langka.
“Kata pemilik toko pengecer memang lagi susah. Biasanya sehari dikirim, sekarang malah agak telat. Itu juga barangnya langsung habis kalau sudah dikirim,” ujar Hari saat dihubungi awak media, tadi.
Harga gas 3 kilogram di wilayahnya, tuturnya, berkisar antara Rp 24 ribu sampai Rp 26 ribu. Kebanyakan pengecer menjual seharga Rp 26 ribu. Alasannya para pengecer harus mencari cukup jauh untuk mendapatkan gas tersebut.
Mahalnya harga gas 3 kilogram juga dirasakan warga Kelurahan Ditotrunan, Lumajang. Yang sebelumnya tidak ada kelangkaan, warga tersebut mengaku jika harga gas 3 kilogram dijual di pengecer seharga Rp 18 ribu per tabung. Selain itu pasokan tabung gas pun sangat jarang.
“Kalau beli gas harus pagi-pagi, karena untuk memasak nasi dan sayuran untuk dijual. Jika kesiangan saja, pelanggan nansi bungkusnya akan kabur, dan saya sampai harus mencari ke Kelurahan Tompokersan kalau di depan rumah tidak ada,” kata Murawati kepada media ini.
Naiknya harga gas, diakui warga tak menjadi masalah, asalkan barang bisa didapatkan dengan mudah. Jika saat ini, selain harga yang mahal, barang pun cukup sulit dicari.
Kesigapan pihak PT Pertamina membuat kelangkaan dan tingginya HET tabung “melon” dapat teratasi dan aman untuk wilayah Kabupaten Lumajang.(fuad)